Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

PDB Sebagai Indikator Utang Pemerintah, Masuk Akal Sehatkah?

MINGGU, 18 MARET 2018 | 10:49 WIB | LAPORAN:

Baru baru ini pemerintah Jokowi melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan utang pemerintah sekarang masih aman. Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan utang pemerintah dengan Produk Domestik Bruto (PBD).

"Apakah itu bisa diterima akal sehat?" tegas pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng dalam keterangannya, Minggu (18/3).
 
Menurut dia, indikator utang ini patut dipertanyakan. Sebab, pertama, nilai PDB hanyalah angka perkiraan yang didasarkan pada survei dan bukan sensus. Dengan kata lain, nilai PDB setiap tahun adalah asumsi semata.


Kedua, lanjut Salamuddin, PDB sama sekali tidak berkaitan dengan besar kecilnya pendapatan pemerintah dari pajak maupun non pajak. PDB yang besar tidak berarti pendapatan pemerintah besar.

"Boleh jadi PDB naik, namun pendapatan pemerintah malah turun," imbuhnya.

PDB adalah total output yang dihasilkan suatu negara. PDB tidak membedakan siapa yang menghasilkan output tersebut, apakah perusahaan asing, nasional, pemerintah atau swasta.

"Jadi PDB bukan penghasilan pemerintah semata. Jadi bagaimana menjadikan penghasilan pihak lain sebagai dasar pemerintah berhutang," ujarnya.

PDB juga bukan uang dan tidak bisa dipakai untuk membayar utang.

"Contoh, di depan mata pemerintah mengakui bahwa utang sekarang hanya cukup membayar bunga dan utang jatuh tempo. Jadi utang dibayar dengan utang baru bukan dengan PDB," tegasnya.

Faktanya pendapatan pemerintah negara Indonesia hanya berkisari 11 -12 persen PDB. Sementara  utang pemerintah telah mendekati 40 persen PDB.

"Jadi bagaimana mungkin utang pemerintah dibandingkan dengan PDB. Namanya jeruk makan jeruk," katanya, mempertanyakan.

"Kalau pemerintah tetap membandingkan utang dengan PDB dan tetap ngotot tambah utang, kita minta pemerintah masuk ke sawah, nyangkul sendiri, tanam sendiri seperti petani. Pemerintah bangun pabrik tahu tempe sendiri untuk dijual buat bayar utang. Jangan suruh rakyat bayar utang," kecamnya.[wid] 

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya