Australia memperingatkan penggunaan aplikasi pesan terenkripsi untuk merencanakan serangan teroris adalah ancaman terbesar yang dihadapi oleh badan intelijen di zaman modern saat ini.
Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan pada KTT khusus ASEAN-Australia di Sydney hari ini (Sabtu, 16/3) bahwa penggunaan "jaringan gelap" oleh ekstremis dan penjahat lainnya merupakan masalah banyak pihak, tidak terkecuali Asia Tenggara.
"Penggunaan aplikasi pesan terenkripsi oleh teroris dan penjahat berpotensi menjadi degradasi kemampuan intelijen yang paling signifikan di zaman modern," katanya.
Karena itulah, sambung Dutton, konsolidasi dengan banyak pihak perlu dilakukan demi menghadapi ancaman tersebut.
"Sementara negara kita fokus untuk melawan ancaman terorisme yang sedang berlangsung di dalam negeri, akan menjadi kesalahan untuk mendekati masalah ini dari perspektif nasional yang murni," katanya.
"Terorisme dan ekstremisme kekerasan melampaui batas negara," sambungnya.
"Melawan ancaman tersebut memerlukan upaya regional terpadu dan terpadu yang melibatkan koordinasi antara petugas keamanan dan penegakan hukum nasional masing-masing," jelasnya seperti dimuat
Channel News Asia.
Canberra sudah membantu negara-negara Asia Tenggara melawan teroris dan ekstremisme yang keras.
Karena itulah, KTT ASEAN di Australia itu juga dimanfaatkan untuk membentuk sebuah nota kesepahaman yang dilaporkan akan mencakup kesepakatan untuk mengumpulkan intelijen siber dan sumber daya kepolisian di seluruh wilayah untuk pertama kalinya.
[mel]