Berita

Yevgeny Prigozhin yang juga dikenal sebagai "Koki Putin"/BBC

Dunia

Campur Tangan Dalam Pemilu, "Koki Putin" Ikut Kena Sanksi AS

JUMAT, 16 MARET 2018 | 06:29 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada 19 orang Rusia pekan ini. Mereka yang dijatuhi sanksi dituduh oleh Amerika Serikat telah melakukan campur tangan dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 2016 lalu serta melakukan serangan siber.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin Amerika Serikat menuduh 19 orang tersebut telah melakukan serangan siber yang merusak, dan gangguan yang menargetkan infrastruktur penting.

Dia mengatakan sanksi tersebut akan menargetkan serangan jahat yang sedang berlangsung oleh Rusia.


Langkah-langkah tersebut digambarkan di Washington sebagai tindakan terkuat yang diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump sejauh ini terhadap Moskow.

Selain 19 orang tersebut, lima entitas Rusia juga terkena sanksi, termasuk badan intelijen militer Rusia GRU serta Badan Riset Internet berbasis di St Petersburg, yang dituduh merancang kampanye disinformasi online untuk mengurangi pemilihan presiden Amerika Serikat 2016.

"IRA (Badan Peneliti Internet Rusia) menciptakan dan mengelola sejumlah besar persona online palsu yang merupakan orang sah Amerika Serikat untuk memasukkan organisasi akar rumput, kelompok kepentingan, dan partai politik negara bagian di media sosial," kata pernyataan Departemen Keuangan pada hari Kamis (15/3).

"Melalui kegiatan ini, IRA memposting ribuan iklan yang menjangkau jutaan orang secara online," sambung pernyataan tersebut.

Yevgeny Prigozhin, seorang oligarki yang diduga menjalankan agensi tersebut dan dikenal sebagai "koki Putin", dan 12 staf agensi juga terkena sanksi tersebut.

Mnuchin seperti dimuat BBC, mengatakan bahwa akan ada sanksi tambahan untuk menahan pejabat dan oligarki Rusia bertanggung jawab atas aktivitas destabilisasi mereka.

Sanksi Amerika Serikat itu mencakup pembekuan aset yang dimiliki oleh individu dan entitas di Amerika Serikat serta melarang warga Amerika melakukan bisnis dengan mereka. [mel]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya