Berita

Foto: Net

Bisnis

Premium Hanya Jadi Sarang Mafia Migas, Harus Dihapus!

RABU, 14 MARET 2018 | 13:34 WIB | LAPORAN:

Pemerintah didesak segera menghapus premium. Selain potensial menjadi sarang mafia migas, premium juga berdampak sangat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan, bahkan pemicu kanker.

"Makanya, premium harus dihapuskan. Semakin cepat semakin baik," kata mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (14/3).

Dia menegaskan, BBM oktan rendah memang rawan dimanfaatkan para pemburu rente untuk meraup keuntungan. Itu pula yang menjadi dasar Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan penghapusan premium, sebelum tim tersebut dibubarkan.


Ketika itu Pertamina menyetujui penghapusan premium dalam waktu dua tahun. Namun tiga tahun berlalu hingga kini ternyata BBM oktan rendah masih juga beredar.

Berdasarkan temuan tim, lanjut dia, terdapat dua tempat yang rawan memunculkan mark up. Pertama, pada saat proses bidding, yaitu pengadaan (lelang). Dan kedua, pada saat proses blending (pencampuran).

Hal itu terjadi, imbuhnya, karena BBM oktan 88 tidak dijual di pasar internasional. Akibatnya, untuk memproduksi Premium harus dilakukan melalui proses pencampuran BBM oktan yang lebih tinggi.

"Selain itu, karena tidak dijual di pasar internasional, maka sama sekali tidak ada acuan harga untuk Premium. Ini berbeda dengan Pertamax atau Pertalite saat ini, yang punya harga acuan, sehingga kalau di-mark up akan ketahuan," jelas Fahmy.

Selain karena hasil temuan Tim, desakan Fahmy juga didasarkan atas faktor lingkungan dan kesehatan. Terkait faktor lingkungan, Fahmy mengingatkan komitmen Presiden pada Conference of Parties 21 Paris tahun 2015, di mana Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29 persen di bawah business as usual pada tahun 2030, atau 41 persen dengan bantuan internasional.

Selain itu, tentu saja tak lepas dari hasil penelitian bersama antara Universitas Indonesia (UI) dan Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB). Hasil penelitian tesrebut menyatakan, bahwa emisi BBM oktan rendah bisa menjadi pemicu penyakit mematikan, yaitu kanker.

"Semua itu semakin menguatkan desakan untuk segera menghapus Premium secepatnya," tegas Fahmy.

Fahmy yakin, penghapusan Premium tidak akan memunculkan resistensi pada masyarakat, terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Apalagi menurut pengamatannya, migrasi konsumen dari Premium ke BBM oktan tinggi, ternyata dilakukan atas kesadaran sendiri. Bahkan di berbagai SPBU, lanjut dia, terlihat begitu banyak sepeda motor yang antre Pertamax, bukan lagi Pertalite.

“Makanya patut dicurigai, jika ada yang mengatasnamakan rakyat demi mempertahankan Premium. Saya mengindikasi, mereka memiliki kepentingan atas Premium,” tandasnya.[wid]




Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya