Berita

Rini Soemarno/RM

Bisnis

Rakyat Dirugikan, Jika BUMN Tak Sinergi

Interview Rakyat Merdeka Dengan Menteri BUMN (3)
SELASA, 13 MARET 2018 | 15:06 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Di era Pemerintahan Jokowi, dibentuk holding untuk sejumlah perusahaan BUMN. Menurut Menteri BUMN Rini Soemarno, holding BUMN adalah sebuah keharusan, agar perusahaan negara mampu mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.

Berikut ini bagian (3) wawancara Tim Rakyat Merdeka, yaitu Kiki Iswara Darmayana, Ratna Susilowati, Kartika Sari dan Fajar El Pradianto dengan Rini Soemarno, Selasa (6/3) di sela kunjungan ke Kupang, NTT.

Bagaimana progress pembentukan holding tambang dan migas?
Holding tambang sudah berjalan. Sudah done. PP selesai. PT Timah, Antam dan Bukit Asam sudah ke Inalum. Secara struktur selesai. Tapi kemarin, ada yang melakukan Judicial Review ke MA. Argumentasi dari Pemerintah sudah diberikan. Jadi, kita sedang menunggu keputusannya saja. Insya Allah, harusnya nggak ada masalah. Tambang adalah aset bangsa, aset negara. Kita jangan hanya mengambil hasil tambang, lalu diekspor. Ini harus diproses agar ada nilai tambah tinggi dan penyerapan tenaga kerja lebih besar. Kita tidak bisa melakukan ini kalau tak dibentuk holding. Dengan holding, kemampuan balance sheet menjadi besar, mampu melakukan investasi besar sehingga hilirisasi bisa dilakukan.


Misalnya, nikel. Jika diurai dulu di dalam negeri, itu ada Cobalt-nya. Ini bahan baku baterei. Di saat kita mendorong energi terbarukan, melalui solar panel, tenaga angin, kendaraan listrik, motor listrik, maka berarti Cobalt bahan baku yang penting. Ini peluang besar. Saya sedih, ini lho ada Cobalt, maka mestinya kita bisa bikin baterei sendiri. Makanya, kita menekankan betul, betapa pentingnya pembentukan holding itu agar masyarakat bisa mendapatkan benefit yang lebih baik.

Kedua, holding migas. Ini keharusan. Kenapa? Pertamina punya Pertagas. Sementara negara punya PT PGN. Ini bisnisnya sama. PGN malahan dapat gasnya mayoritas dari Pertamina. Yang terjadi pada Pertagas dan PGN itu kadang nggak masuk akal. Misalnya, Pertagas membikin sambungan pipa gas di tempat sambungan gasnya PT PGN. Jadi, keduanya membangun sambungan gas yang sama. Coba, kalau ini jadi holding, jangkauan pipa bisa makin luas, dan dengan biaya investasi yang sama atau bahkan lebih kecil. Sejak tahun 2017, saya sudah mengatakan persiapan holding migas. Tapi, Pertamina-Pertagas belakangan ngeblok gasnya PT PGN. Akibatnya, harga saham PGN turun nilainya dari Rp51 triliun menjadi Rp33 triliun. Ini akibat konflik manajemen ego, yang akhirnya merugikan negara. Begini kejadiannya kalau BUMN nggak sinergi dengan baik. Jadi, holding migas adalah keharusan, karena PT PGN dengan Pertagas bisnisnya sama, maka kalau terpisah, yang dirugikan pasti PT PGN. Alhamdulillah, Bapak Presiden sudah menandatangani ini, pada 28 Februari lalu, kini tinggal proses finalnya saja.

Persoalan utama pembentukan holding apa ya, sehingga terjadi pro kontra?

Pada dasarnya holding sudah terjadi. Misalnya, pupuk Indonesia Holding, Perhutani Holding, Perkebunan Holding, dan lainnya. Semua nggak ada masalah. Jadi, saya bingung, kalau sekarang ada masalah.


Sepertinya ada kendala di internal Pertamina dalam menyikapi holding ini?

Kita, Kementerian BUMN yang merepresentasikan pemegang saham negara dan bangsa, ya kita harus tekankan, itu holding harus terjadi. Harus direalisasikan apa yang sudah diputuskan pemegang saham. Mana mungkin, pemegang saham mau merusak perusahaan. Nggak mungkin itu. Pemegang saham selalu berpikir bagaimana perusahaan menjadi lebih baik, dikelola profesional. Jadi, kalau sekarang ada yang marah, saya tanya kenapa? Tujuannya kan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan.


Setelah holding tambang dan migas, yang berikutnya apa lagi?
Saya berharap di sektor keuangan. Supaya memberikan kekuatan modal atau capital kepada bank-bank, sehingga bisa berkompetisi regional ataupun internasional. Terus terang saja, posisi modal perbankan kita jauh sekali dibandingkan bank negara-negara tetangga, seperti DBS, Maybank, CIMB, dan seterusnya. Perbankan tidak mungkin minta modal kepada negara. Kalau ada holding, kita bisa cari dana jangka panjang.***(Bersambung)

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya