Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Mamin Mulai Menjerit Impor Garam Belum Masuk

SENIN, 12 MARET 2018 | 10:05 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Industri makanan dan minuman (mamin) ngaku mulai kesulitan mendapatkan garam. Hal itu ter­jadi karena impor garam industri sebesar 1,8 juta ton belum terealisasi.

"Kami dapat laporan dari teman-teman baik di Pu­lau Jawa maupun di luar daerah kalau mereka mu­lai kesulitan mendapat­kan bahan baku (garam). Penyebabnya, karena stok di pasaran sudah meni­pis karena garam indus­tri impor belum masuk," ungkap Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Suroso Natakusumah ke­pada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Dia menuturkan, saat ini industri mamin masih bisa produksi karena meman­faatkan stok lama. Namun demikian, stok kini sudah semakin menipis. Diper­kirakannya, stok akan habis dalam waktu satu dua bulan ke depan.


Suroso menyayangkan kondisi ini karena industri mamin ingin meningkat­kan produksi mengingat tidak lama lagi memasuki bulan suci Ramadan. Jika banyak industri berhenti produksi maka dampak­nya akan dirasakan masyarakat.

"Harga produksi mamin akan naik di bulan puasa," katanya.

Suroso menuturkan, pihaknya sebenarnya tidak ngotot ingin gunakan garam impor. Masalahnya, garam produksi petani lokal bisa memenuhi spesifikasi yang diperlukan industri.

"Soal kualitas tidak bisa ditawar, karena bahan baku akan menentukan kualitas mamin yang kita produksi. Makanya dengan kondisi seperti sekarang kami tidak bisa berbuat apa-apa karena bahan baku ini tidak bisa kita substitusi," ungkap­nya.;

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Mi­numan Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Luk­man mengungkapkan, ga­ram merupakan komponen penting dalam industri ma­min. Tidak ada garam maka tidak bisa produksi.

Dari sisi nilai produksi, Adhi menjelaskan, garam hanya komponen kecil. Misalnya, untuk produk mie instan seharga Rp 2.000, biaya garam hanya sekitar Rp 2 sampai Rp 5 per produk.

"Komponen kecil, tetapi penting dan tidak tergantikan," terangnya.

Dia menyayangkan impor garam sampai saat ini belum juga terealisasi. Padahal, pihaknya menga­jukan sejak Januari.

Menurutnya, jika impor belum terealisasi karena belum ada titik kesepakatan mengenai jumlah antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, seharusnya ada yang masuk dulu walapun nggak banyak, agar produksi industri tidak ber­henti.  ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya