Berita

Foto/Net

Bisnis

Konsumen Pertalite Cs Kembali Pake Premium

YLKI Duga Kelangkaan Efek Dari Kenaikan BBM Non Subsidi
SENIN, 12 MARET 2018 | 08:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium disinyalir bukan karena Pertamina mengurangi pasokan, tetapi adanya peningkatan permintaan. Pemerintah disarankan mengevaluasi kejadian tersebut untuk mengantisipasi gejolak mengingat kuota dan distribusinya kini terbatas.

 Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menangkap indikasi bahwa kelangkaan BBM pre­mium disebabkan meningkatnya permintaan. Banyak masyarakat kini beralih kembali meng­gunakan premium sejak harga BBM non subsidi mengalami kenaikan.

"Banyak masyarakat sebe­narnya sudah beralih menggu­nakan pertalite dan pertamax. Fenomena itu terjadi karena dulu selisihnya tidak banyak. Sekarang disparitasnya tinggi. Mereka balik lagi menggunakan premium," kata Tulus kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.


Di tengah permintaan yang tinggi, lanjut Tulus, sementara pasokan BBM premium kini lebih sedikit dibandingkan be­berapa tahun lalu, makanya terjadi kekosongan.

Tulus menuturkan, masalah ini tidak bisa hanya dibebankan ke Pertamina. Karena, pasokan premium diatur oleh Pemerin­tah. Untuk penambahan kuota, Pertamina harus koordinasi dulu dengan pemerintah.

"Kalau Pertamina kan maunya hanya menjual Pertamax dan Pertalite karena untungnya lebih besar," cetusnya.

Soal SPBU enggan menjual premium, menurut Tulus, hal tersebut harus terlebih dahulu melihat perjanjian kerja sama antara Pertamina dengan pengusaha SPBU.

"Kalau penugasan negara, Pertamina harus laksanakan. Per­tamina harus mewajibkan SPBU menjualnya walau untung kecil. Jangan sampai masyarakat kesu­litan dapat premium," ujarnya.

Tulus mengatakan, BBM jenis premium sebenarnya sudah tidak layak digunakan lagi untuk kebutuhan kendaraan. Karena, kendaraan sekarang memerlukan kualitas yang lebih baik. Hanya saja persoalannya, harga BBM dengan RON tinggi makin mahal. "Soal harga sensitif. Masyarakat lebih memilih BBM mu­rah walau berkualitas rendah," katanya.

Seperti diketahui, BBM jenis premium langka di sejumlah wilayah penugasan. BPH Migas menduga kelangkaan disebab­kan dua hal. Pertama, Pertamina melakukan pengurangan pasokan dalam rangka menjaga kuota. Dan, kedua, banyak SPBU tidak lagi menjual premium.

Sementara itu, Pertamina membantah melakukan pengu­rangan pasokan. Mereka meng­klaim tidak ada penurunan pa­sokan. Selain itu, distribusi berjalan normal. Jika Pertamina benar, maka sudah dipastikan kelangkaan premium disebabkan karena kenaikan permintaan.

Direktur Institute for De­velopment of Economics and Finance ( Indef) Enny Sri Hartati menyarankan, pemerintah mengevaluasi terjadinya kelangkaan BBM premium. Menurutnya, pemerintah harus mengkalkulasi lebih detail kebutuhan bahan bakar tersebut. Karena, keterse­diaan BBM premium diperlu­kan untuk menjaga stabilitas politik juga menjaga inflasi. "Ketersediaan premium diper­lukan untuk menjaga daya beli masyarakat," ungkapnya.

Enny memproyeksi harga kebutuhan bahan pangan akan mengalami kenaikan jika BBM jenis premium sulit di dapatkan. Karena, transportasi angkutan kebanyakan minum premium dan BBM bersubsidi.

Sementara itu, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menyarankan pemerintah untuk menggenjot sosialisasi, memberikan pema­haman ke masyarakat kalau pre­mium bukan lagi BBM bersub­sidi. Tujuannya agar masyarakat bisa memperlakukan premium seperti BBM non subsidi lain­nya, seperti pertalite dan per­tamax.

"Dengan sosialisasi ini di­harapkan masyarakat di di luar Pulau Jawa, Madura dan Bali (Jamali) tidak mempersoalkan ketika premium sulit didapatkan di SPBU," kata Sofyano.

Selain itu, Sofyano mendorong para pengusaha SPBUbersuara, menerangkan ke publik kenapa lebih tertarik menjual Pertalite dibandingkan premium. Den­gan demikian, Pertamina tidak dicurigai sebagai pihak yang melakukan pengurangan. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya