Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Belanda Menjajah Indonesia 350 Tahun, Mitos Yang Salah Dan Tanpa Dasar

JUMAT, 09 MARET 2018 | 07:55 WIB | OLEH: BATARA R. HUTAGALUNG

SEJAK puluhan tahun masyarakat Indonesia percaya pada mitos, bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, tanpa ada yang dapat menjelaskan, kapan dimulainya penjajahan Belanda di Indonesia dan kapan berakhirnya.

Adalah Bonifacius Cornelis de Jonge, yang menjadi Gubernur Jenderal India-Belanda ke 63 (12. 9. 1931 - 16. 9.1936), yang menyebut angka 300 tahun.

Pada tahun 1935 dia mengatakan:
'Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin: Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kunnen we praten'


(Apabila saya berbicara dengan para Nasionalis, saya selalu memulai dengan kalimat: Kami Belanda telah di sini 300 tahun dan kami bahkan akan tinggal paling sedikit 300 tahun lagi. Kemudian kita bisa bicara).

Dia tidak menyebut kata 'Indonesia.'

Para tokoh pribumi kemudian menggunakan kalimat Bonifacius de Jong tersebut sebagai slogan yang konon untuk membangkitkan emosi, kemarahan dan semangat rakyat Indonesia.

Tidak diketahui dengan sejak kapan kalimat Bonifacius de Jonge tersebut mulai digunakan. Juga tidak diketahui, siapa yang memulai dengan angka 350 tahun dan bagaimana perhitungannya.

Namun tidak disadari, mitos yang salah ini justru menjadi olok-olok antek-antek Belanda yang mengatakan, bahwa sangat memalukan, negara sebesar Indonesia dapat dijajah oleh negara yang 'hanya sebesar tai upil' selama 350 tahun.

Orang-orang Belanda yang pertama kali menginjakkan kaki di Banten adalah bersaudara de Houtman, tahun 1596. Masih sebagai pedagang.

VOC didirikan di Belanda pada 20 Maret 1602. Tahun 1603 VOC diberi izin mendirikan kantor dagang di Banten. Pieter Both menjadi Gubernur Jenderal perrtama (1610 - 1614) dari 'Kongsi Dagang' tersebut.

Tahun 1611 Pieter Both memindahkan kantornya ke Jayakarta. VOC mendapat izin mendirikan rumah kayu dengan fondasi batu sebagai kantor.

Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC keempat (1618 - 1623). Pada 30 Mei 1619 sang  tamu yang tidak diundang menyerang dan mengalahkan Jayakarta, yang kemudian namanya diganti menjadi Batavia.

Tanggal 30 Mei 1619 dapat ditetapkan sebagai awal penjajahan Belanda di Asia Tenggara/Nusantara

Jajahan Belanda kedua adalah Kepulauan Banda tahun 1621.

Kemudian Belanda satu-persatu mengalahkan kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan di Asia Tenggara/Nusantara.

Kerajaan-kerajaan/kesultanan terakhir yang dikuasai Belanda antara lain adalah Kesultanan Aceh (menurut Belanda) tahun 1904, Kerajaan Badung, Bali tahun 1906, Kerajaan Batak tahun 1907 dan Kerajaan Klungkung tahun 1908.

Kesultanan dan kerajaan-kerajaan tersebut berada di bawah administrasi Nederlands Indie hanya sekitar 30 tahun.

Di masa penjajahan Belanda, tahun 1850 seorang bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl menulis di suatu Journal dan menamakan wilayah jajahan Belanda sebagai 'Indunesia.' Namun dia kemudian menggunakan kata Melayunesia.

Pemilik Journal, juga seorang Inggris, melanjutkan menggunakan kata 'Indunesia', yang dia ubah menjadi Indonesia.

Kata 'Indonesia' dipopulerkan oleh peneliti bangsa Jerman, Adolf Bastian, yang menggunakan kata Indonesia dalam lima buku laporan perjalanannya, yang diterbitkan di Jerman antara tahun 1884-1894.

Perang Pasifik pecah pada 7 Desember 1942 ketika Jepang melancarkan agresi militernya ke Asia Timur dan Asia Tenggara, untuk menguasai sumber-sumber daya alam, terutama minyak, yang sangat diperlukan untuk industri dan angkatan perang Jepang.

Tanggal 9 Maret 1942 di Kalijati dekat Subang, Belanda resmi menyerah kepada Tentara XVI Jepang di bawah komando Letjen Hitoshi Imamura. (Catatan: ada yang menulis, menyerahnya Belanda kepada Jepang terjadi tanggal 8 Maret 1942).

Maka, tanggal 9 Maret 1942 dapat resmi ditetapkan sebagai akhir penjajahan Belanda di Asia Tenggara/Bumi Nusantara.

Ketika Belanda ikut di boncengan tentara Inggris/Sekutu ke Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, mereka datang ke Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat.[***]


Penulis merupakan Pendiri dan Ketua Umum Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB)


Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya