BANGSA Indonesia kembali menghadapi apa yang disebut sebagai pemilihan umum. Dalam suatu pemilihan umum, para calon masing-masing sibuk mempromosikan diri sebagai yang terbaik untuk dipilih dengan menghalalkan segala cara. terutama dengan mengobral janji-janji surga demi membius para pemilih agar memilih sang calon yang mengobral janji tanpa jaminan akan menepati janjinya.
Pada hakikatnya kampanye para calon yang mencalonkan diri pada pemilu merupakan suatu upaya merangsang suatu jenis hormon yang disebut sebagai phenethylamine yang hadir pada setiap insan manusia termasuk mereka yang secara konstitusional memiliki hak untuk memilih.
Hormon
Hormon phenethylamine merupakan sebuah jenis senyawa organik monoaminealkaloid. Jejak senyawa organik ini tergolong amina bersifat psikoaktif dan berdampak stimulan.Fungsi phenethylamine sebagai neuromodulator atau neurotransmitter dalam sistem saraf pusat akibat sintesa asam amino fenilalanin oleh enzimatikdekarboksilasi melalui suatu enzim aromatik amino acid dekarboksilase.
Bagi yang sampai di sini tidak mengerti apa maksudnya tidak perlu kuatir sebab saya sendiri sebenarnya juga tidak mengerti. Namun konon menurut para endokronolog, selain kehadirannya pada mahluk hidup jenis mamalia, phenethylamine ditemukan pada beberapa organisme lain mau pun makanan, semisal cokelat, terutama akibat mikroba fermentasi.
Konon phenethylamine dipasarkan sebagai suplemen makanan untuk mempengaruhi suasana emosional terkait manfaat terapeutik. Beragam senyawa berasal dari phenethylamine mencakup aneka ragam fungsimulai dari empathogens, stimulan, psychedelics, anxiolytics, hipnotik, entactogens, anorektik, bronkodilator, dekongestan sampai antidepresan.
Asmara Dari segenap terminologi serba keren menggetar sukmaberaroma ilmiah itu, secara awam bisa disimpulkan bahwa phenetylamine merupakan sebuah jenis hormon yang terkait secara langsung mau pun tidak langsung dengan emosi alias perasaan manusia. Salah satu jenis perasaan manusia terutama manusia dewasa adalah apa yang disebut sebagai asmara.
Berdasar berbagai kesimpulan simpang-siur itu kemudian saya sendiri merekayasa sebuah hipotesa yang siap dibantah mau pun tidak dibantah bahwa fungsi hormon phenethylamine adalah sebagai pembius insan yang sedang dirundung asmara.
Saya sendiri merasa kurang jelas tentang hormon-asmara itu timbul sebagai akibat seorang insan manusia dirundung asmara atau hormon phenethylamine itu penyebab asmara. Terlepas dari kebingungan sebab-akibat itu saya yakin bahwa fungsi hormon asmara pada hakikatnya selaras dengan peribahasa cinta itu buta.
Hormon asmara memang mengacau-balaukan segenap indera manusia sehingga pada saat sedang dirundung asmara akibat hormon-asmara, sang pengidap asmara langsung bukan saja menjadi buta namun juga tuli dan gagal indera penyium bau. Maka segenap daya indera seseorang yang sedang dirundung asmara terbius oleh hormon asmara sehingga tidak mampu lagi mengindera kenyataan secara benar.
Politik Ternyata phenethylamine sebagai hormon yang mempengaruhi perasaan juga menyelinap hadir di kemelut kehidupan manusia yang disebut sebagai politik. Maka pada hakikatnya phenethylamine dapat pula disebut sebagai hormon politik. Di dalam Pemilu, hormon politik para pemilih harus siap dirangsang oleh para calon yang saling bertarung dalam memperebutkan suara pemilih melalui apa yang disebut sebagai kampanye. Maka dapat ditafsirkan bahwa pada hakikatnya kampanye pemilu merupakan suatu bentuk pertarungan merangsang hormon politik para pemilih demi mengacaubalaukan segenap indera mereka.
Segenap daya indera seseorang yang sedang terbius oleh hormon politik akan sangat mudah terjebak oleh kampanye dengan janji-janji surga sehingga secara membuta tuli percaya bahkan yakin atas janji-janji surga meski secara empiris sudah kerap terbukti pada lazimnya akan diingkari setelah sang calon telah terpilih untuk duduk di singgasana tahta kekuasaan.
[***]
Penulis adalah Pembelajar Fenomena Janji-Janji Surga Kampanye Pemilu