Wabah hoax alias informasi sesat seharusnya tidak lepas dari tanggung jawab penyedia layanan media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Wartawan senior sekaligus praktisi media, Agus Sudibyo, mencontohkan pemilihan Presiden Amerika Serikat yang dimenangkan Donald Trump. Saat itu, berita kampanye negatif dan hoax justru terkesan sengaja dibiarkan oleh mesin Facebook untuk disebarkan.
"Jadi kita harus membedakan tanggung jawab pengguna media sosial dan tanggung jawab perusahaan media sosial," kata Agus dalam pemaparannya di Konvensi Nasional Media Massa dengan tema "Hoax, Literasi Media dan Demokrasi" di Hotel Grand Inna, Padang, Sumatera Barat, Kamis (8/1).
Agus mengatakan, ada tiga pihak yang berkaitan dengan penyebaran hoax. Pertama yaitu orang yang menyebarkan lewat media sosial, kedua adalah perusahaan media sosial yang memfasilitasi penyebaran hoax itu, dan ketiga yaitu korban dari hoax itu sendiri.
Dalam kasus Pilpres Amerika Serikat, yang turut dipermasalahkan adalah perusahaan media sosial Facebook yang dianggap turut menyebarkan informasi memecah belah.
"Artinya ada isu melihat media sosial sebagai satu perusahaan media," ujarnya.
Hal demikian bisa terjadi karena perusahaan media sosial akan diuntungkan ketika hoax yang kontroversial berhasil memancing banyak sekali pengguna internet untuk terlibat. Hal itu kemudian berpengaruh terhadap kenaikan harga saham perusahaan medsos terkait.
Ia juga mengatakan, perspektif masyarakat Barat tentang media mainstream sudah berubah menjadi trilogi new media yaitu media sosial, search engine (mesin pencari) seperti Google, dan yang terakhir adalah e-commerce yang menjadi tren di Eropa, Amerika Serikat dan sekarang China.
"Merekalah media mainstream hari ini, bukan lagi televisi, radio dan surat kabar," terang Agus.
Maka diperlukan regulasi yang menempatkan Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan media sosial lain sebagai satu subyek hukum untuk memastikan sebaran informasi yang mereka fasilitasi tidak merusak tatanan ruang publik.
Dalam kesempatan sama, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menekankan pentingnya literasi media untuk menangkal hoax. Diperlukan pengembangan pemahaman terhadap isi media serta kesadaran akan pengaruh media terhadap individu.
Dengan begitu, lulusan Akpol 1984 itu berhahap tidak ada lagi alasan masyarakat untuk meneruskan hoax.
Selain Agus Sudibyo dan Setyo Wasisto, Konvensi Nasional Media Massa juga menghadirkan budayawan, Sudjiwo Tedjo, dan sineas, Garin Nugroho.
[ald]
