Berita

Nasaruddin Umar/Net

Mengenal Inklusifisme Islam Indonesia (9)

Islam Dan Keberadaan Agama & Kepercayaan Lokal (1)

MINGGU, 04 FEBRUARI 2018 | 11:36 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

KEHADIRAN Islam sebagai agama mayoritas di wilayah Nusantara yang sudah dihu­ni sebelumnya oleh sejum­lah agama dan kepercayaan lokal menarik dikaji, karena kehadiran Islam tidak men­imbulkan ketegangan. Ke­hadiran agama Islam seba­gai agama baru di wilayah ini bisa beradaptasi dengan agama dan kepercayaan lokal. Unsur apa yang dimiliki Islam sehingga bisa diterima secara luas dan dengan begitu mudah di da­lam masyarakat? Karakter seperti apa yang dimiliki agama dan kepercayaan lokal sehing­ga bisa menerima kehadiran agama Islam be­rada di sampingnya? Mengapa tokoh adat dan tokoh agama lokal begitu mudah menerima ke­hadiran Islam?

Kekhususan agama Islam dan sekaligus memungkinkannya mudah menerobos batas-batas geografis dan lapisan-lapisan kultural menurut Prof. Sayed Hussen Nasr dalam The Ideal and Reality of Islam karena Islam memi­liki dua substansi, yaitu The Islam dan An Is­lam. The Islam (al-islam) dan An Islam (islam). Yang pertama menggunakan artikel "the", se­padan dengan alif ma'rifah (al-) dan yang ked­ua menggunakan artikel "a/an" yang sepadan dengan ism nakirah (tanpa menggunakan alif ma'rifah). Yang pertama mengimplikasikan pengertian sistem nilai yang lebih bersifat es­ensial, eternal, dan universal (universal mean­ing), sehingga kata Islam (The Islam/al-Islam) mengandung arti esensi agama yang dibawa dan menjadi esensi bagi seluruh Nabi dan Ra­sul, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muham­mad Saw. Sedangkan yang kedua mengimp­likasikan pengertian sistem nilai yang bersifat formal dan kontemporer (contemporary mean­ing), sehingga kata Islam (An Islam/Islam) be­rarti nama bagi agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw yang dasar-dasar ajarannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis.

Hussen Nasr sendiri menyebut: "Islam is the Islam and an Islam", yakni Islam adalah di samping sebagai The Islam yang memiliki unsur keluhuran esensi ajaran yang bersifat universal dan eternal, Islam juga memiliki ke­mampuan akomodasi lokal. Dengan demikian, Islam tidak tepat diperhadap-hadapkan den­gan ajaran agama yang datang sebelumnya, khususnya agama-agama Semit yang biasa disebut agama-agama anak cucu Nabi Irahim (Abrahamic Religion). Islam juga tidak tepat dipertentangkan dengan nilai-nilai universal human right karena itulah yang menjadi salah­satu inti ajarannya, dan Islam juga tidak tepat dibenturkan dengan nilai-nilai lokal kontempor­er (local wishdom) karena konsep universalitas Isam dibangun dan ditegakkan di atas keuni­kan lokal. Mungkin inilah rahasianya mengapa Islam begitu mudah menembus batas-batas geografis dan menerobos sekat-sekat kutural.


Kata Islam tersusun dari huruf sin, lam, mim (salima) sebuah akar kata yang membentuk kata salam (damai), islam (kekedamaian), Is­tislam (pembawa kedamaian), dan Taslim (ketundukan, kepasrahan, dan ketenangan). Salam adalah kedamaian dan kepasrahan da­lam pengertian lebih umum. Islam adalah ke­damaian dan kepasrahan dalam pengertian yang lebih khusus, memiliki seperangkat kon­sepsi nilai dan norma (value & norm).

Istislam adalah seruan kedamaian dan kepasrahan yang lebih cepat, tegas, rigit, dan sempurna (perfect). Allah Swt memberi nama agamanya yang dibawa oleh Nabi Muham­mad Saw dengan agama Islam. Bukan agama salam (kepasrahan tanpa konsep). Bukan juga agama istislam yang lebih mengutamakan ke­cepatan, ketegasan, dan kesempurnaan dalam memperjuangkan kedamaian dan kepasrahan.

Kata islam itu sendiri mengisyaratkan jalan tengah atau moderat (tawassuth). Di dalam Al- Qur'an disebutkan: Inna al-dina 'inda Allah al-islam (Sesungguhnya agama di sisi Allah han­yalah Islam/Q.S. Ali Imran/3:19), man yabtagi gair al-islam dinan falan yuqbala minhu (Ba­rangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya/Q.S. Ali Imran/3:19). Allah Swt memberi nama agamanya yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dengan agama Islam. Bukan agama salam (kepasrahan tanpa kon­sep), atau agama istislam yang lebih menguta­makan kecepatan dan ketegasan dalam mem­perjuangkan kedamaian dan kepasrahan). 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya