Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
KEHADIRAN Islam sebagai agama mayoritas di wilayah Nusantara yang sudah dihuÂni sebelumnya oleh sejumÂlah agama dan kepercayaan lokal menarik dikaji, karena kehadiran Islam tidak menÂimbulkan ketegangan. KeÂhadiran agama Islam sebaÂgai agama baru di wilayah ini bisa beradaptasi dengan agama dan kepercayaan lokal. Unsur apa yang dimiliki Islam sehingga bisa diterima secara luas dan dengan begitu mudah di daÂlam masyarakat? Karakter seperti apa yang dimiliki agama dan kepercayaan lokal sehingÂga bisa menerima kehadiran agama Islam beÂrada di sampingnya? Mengapa tokoh adat dan tokoh agama lokal begitu mudah menerima keÂhadiran Islam?
Kekhususan agama Islam dan sekaligus memungkinkannya mudah menerobos batas-batas geografis dan lapisan-lapisan kultural menurut Prof. Sayed Hussen Nasr dalam The Ideal and Reality of Islam karena Islam memiÂliki dua substansi, yaitu The Islam dan An IsÂlam. The Islam (al-islam) dan An Islam (islam). Yang pertama menggunakan artikel "the", seÂpadan dengan alif ma'rifah (al-) dan yang kedÂua menggunakan artikel "a/an" yang sepadan dengan ism nakirah (tanpa menggunakan alif ma'rifah). Yang pertama mengimplikasikan pengertian sistem nilai yang lebih bersifat esÂensial, eternal, dan universal (universal meanÂing), sehingga kata Islam (The Islam/al-Islam) mengandung arti esensi agama yang dibawa dan menjadi esensi bagi seluruh Nabi dan RaÂsul, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi MuhamÂmad Saw. Sedangkan yang kedua mengimpÂlikasikan pengertian sistem nilai yang bersifat formal dan kontemporer (contemporary meanÂing), sehingga kata Islam (An Islam/Islam) beÂrarti nama bagi agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw yang dasar-dasar ajarannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis.
Hussen Nasr sendiri menyebut: "Islam is the Islam and an Islam", yakni Islam adalah di samping sebagai The Islam yang memiliki unsur keluhuran esensi ajaran yang bersifat universal dan eternal, Islam juga memiliki keÂmampuan akomodasi lokal. Dengan demikian, Islam tidak tepat diperhadap-hadapkan denÂgan ajaran agama yang datang sebelumnya, khususnya agama-agama Semit yang biasa disebut agama-agama anak cucu Nabi Irahim (Abrahamic Religion). Islam juga tidak tepat dipertentangkan dengan nilai-nilai universal human right karena itulah yang menjadi salahÂsatu inti ajarannya, dan Islam juga tidak tepat dibenturkan dengan nilai-nilai lokal kontemporÂer (local wishdom) karena konsep universalitas Isam dibangun dan ditegakkan di atas keuniÂkan lokal. Mungkin inilah rahasianya mengapa Islam begitu mudah menembus batas-batas geografis dan menerobos sekat-sekat kutural.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44
Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45