PT Angkasa Pura (Persero) atau AP I mencatatkan kinerja cukup baik pada 2017. Ini ditunjukkan dengan turunnya jumlah bandara merugi.
Jumlah bandara yang masih merugi sebanyak lima bandara pada 2016. Namun pada kinerja 2017 menjadi hanya tiga bandara. Ketiga bandara tersebut yaitu banÂdara yang jumlah penumpangnya di bawah 2 juta orang per tahun.
"Seperti Bandara El Tari KuÂpang, Bandara Pattimura AmÂbon, dan Bandara Frans KaiÂsiepo Biak," tutur Faik Fahmi kepada wartawan.
Dijelaskan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan tahun 2018, AP I akan fokus pada peningkatan kualitas layanan di 13 bandara yang dikelola perseroan, seperti inovasi pelayanan di terminal, penÂerapan smart airport dan digitalÂisasi proses bisnis perusahaan.
Selain itu, AP I akan melakuÂkan percepatan pembangunan tiga bandara yang masuk dalam proyek strategis nasional, yakni Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Internasional Baru Yogyakarta. Karenanya, peseroan mematok target pendapatan di 2018 sebeÂsar Rp 8,7 triliun atau meningkat 16 persen dari realisasi pendaÂpatan Tahun 2017 (unaudited) sebanyak Rp 7,5 triliun.
"Pencapaian ini akan diduÂkung dengan mulai beroperasÂinya terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang pada Maret 2018," katanya.
Tak hanya itu, kontribusi pendapatan juga berasal dari peningkatan kapasitas dan utilÂisasi alat produksi sisi udara banÂdara-bandara, dan peningkatan pendapatan lima anak perusahaan yakni Angkasa Pura Suport, AngÂkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail.
Sekretaris Perusahaan AP I Israwadi menuturkan, sepanjang 2017, AP I mampu meraup laba bersih (
unaudited) sebesar Rp 1,4 triliun, atau tumbuh 23 persen jika dibanding 2016 sebesar Rp 1,1 triliun.
Perusahaan pengelola 13 banÂdara di kawasan tengah hingga timur Indonesia ini membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 7,1 triliun atau meningkat 17 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 6,1 triliun.
Dari pendapatan operasional tersebut, Rp 4,2 triliun berasal dari bisnis aeronautika yang meÂliputi Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), PeÂlayanan Jasa Penumpang PeÂsawat Udara (PJP2U), layanan aviobridge,
check-in counter, dan layanan baggage handling sysÂtem. Sisanya Rp 2,9 triliun berasal dari bisnis non-aeronautika yang meliputi sewa ruang, konsesi, reklame, parkir, peron, lounge, event promotion, dan lainnya.
Menurutnya, peningkatan pendapatan tersebut sejalan denÂgan pertumbuhan penumpang, peÂsawat, dan kargo. Ia menyebutkan, peningkatan trafik pesawat tercatat sebesar 3,5 persen dari 764.531 pergerakan pada 2016 menjadi 791.496 pergerakan pada 2017.
Sedangkan, trafik penumpang tumbuh 6 persen dari 84,7 juta orang pada 2016 menjadi 89,7 juta orang pada 2017. Begitu juga kargo tumbuh 11,4 persen dari 362 juta kilogram (kg) pada 2016 menjadi 403 juta kg pada 2017.
"Dana investasi yang telah kami gelontorkan tahun lalu sebesar Rp 4,6 triliun, terbagi Rp 2,3 triliun untuk pengembangan bandara dan Rp 2,3 triliun untuk investasi bidang keselamatan dan pelayanan," tandasnya.
Ngarep Tambah BandaraDirektur Utama AP I Faik Fahmi mengharapkan, dapat segera menÂgelola enam bandara yang selama ini dikelola Kementerian PerhubunÂgan yakni Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Sentani Jayapura, Bandara Juwata Tarakan, Bandara Syukuran Aminudin Amir Luwuk, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, dan Bandara Samarinda Baru.
"Kami berharap dapat segera mengelola enam bandara UPT Kemenhub sebagai upaya menÂgatasi
lack of capacity beberapa bandara sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa bandara," katanya. ***