Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
FAKTOR sejarah dan proses serta siapa yang berÂpengaruh di dalam proses pengislaman di Indonesia sangat menentukan inkÂlusifisme Islam Indonesia. Setidaknya ada lima teori yang sering dijadikan refeÂrensi dalam menggambarÂkan kapan Islam masuk di Indonesia. PerÂtama, teori yang mengatakan Islam masuk di Indonesia sejak awal yakni sekitar abad ke-7 Masehi yang dibawa oleh orang-orang Arab muslim yang memiliki kekuatan dakwah yang amat keras. Adalah suatu kebanggan tersendiri jika para sahabat dan tabi'in wafat di tempat yang berbeda dengan tanah kelaÂhirannya. Semakin jauh merantau menyebarÂkan Islam semakin memiliki makna jihad yang lebih besar. Jika di China saja ada klaim ada sahabat Nabi wafat di sana, dan sahabat lain wafat di Uzbekistan (ma wara' al-nahr), dan Turki, maka tentu kepulauan Indonesia merÂupakan tempat paling strategis untuk menÂjadi pelabuhan persinggahan para penganjur Islam dari tanah Arab. Apalagi menurut ahli sejarah semenjak zaman Fir’aun sudah terjadi kontak dagang Afrika, Arab, dan kepÂulauan Nusantara. Konon salah satu bahan untuk mengawetkan mayat (mummy) keÂluarga raja saat itu ialah semacam balsam yang bahan bakunya diperoleh dari kawasan kepulauan Nusantara, khususnya di SumatÂera dan Jawa. Sumber lain menyebutkan abad ke-3 sebelum Masehi hubungan daÂgang Arab dan China sudah lancar, apalagi dalam abad ke-7 Masehi. Hadis Nabi juga menggambarkan betapa pentingnya posisi China saat itu sehingga memerintahkan saÂhabatnya melakukan ekspedisi intelektual ke China, sebagaimana hadisnya yang terkeÂnal: Uthlub al-‘ilm wa lau bi al-shin (tuntutlah ilmu walau sampai ke tanah China).
Teori ini cenderung diperkuat oleh Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, Buya Hamka, dan sejumlah manuskrip yang ditemukan di Iran yang dulu merupakan pusat kerajaan Persia di masa lampau. Teori ini juga didukung oleh beberapa bukti antara lain, pada abad ke-7 Masehi, Pantai Timur Sumatera sudah terdapat perkampungan IsÂlam khas dinasti Ummayyah, Arab. KemudiÂan mazhab paling umum dianut di kawasan Samudera Pasai ialah Mazhab Syafi’i, sama dengan mazhab yang secara umum dianut di pesisir pantai Arab dan Mesir saat itu. BahÂwa sekarang Saudi Arabia dominan bermaÂzhab Wahabi itu sejarah baru bagi negeri itu, baru sekitar 200 tahun yang lalu. SebelumÂnya banyak bukti sejarah menujukkan Hijaz dan sekitarnya pada abad ke-7 Hijriyah domÂinan Mazhab Syafi’i. Kitab-kitab Fikih yang pernah lahir dari ulama di abad ini membela dan memberikan dukungan pendapat maÂzhab Syafi’i. Yang paling mudah dilacak ialah penggunaan istilah Al-Malik untuk para raja atau penguasa saat itu. Istilah ini juga diguÂnakan di Samudera Pasai.
Sesungguhnya secara sosiologis di antara semua teori inilah yang paling mendekati keÂnyataan. Karena kalau dikatakan abad ke-13 sebagaimana teori yang akan dijelaskan kemudian, berarti sama dengan datangnya agama Kristen. Padahal yang kelihatannya berakar dan menjadi agama mayoritas di Indonesia adalah Islam, bukannya agama Kristen yang juga dianut pemerintah koloÂnial yang pernah menguasai Indonesia sekiÂtar 250 tahun lamanya. Banyak bukti sejarah kontemporer menyebutkan kehadiran penÂjajah Spanyol dan Belanda mempunyai misi yang sama untuk mengkristenkan Nusantara atau paling tidah melemahkan kekuatan InÂdonesia, baik secara kuantitaif maupun seÂcara kualitatif. Disertasi Prof. Aqib Suminto yang disusun di Belanda sangat gamblang menjelaskan hal ini.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44
Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45