Berita

Foto/RMOL

Bisnis

Perlu Dikaji Ulang 75 Persen Cukai Liquid Rokok Elektrik

SABTU, 27 JANUARI 2018 | 14:53 WIB | LAPORAN:

.  Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai pemerintah melalui Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan perlu mengkaji ulang cukai liquid rokok elektrik (vape) yang mencapai 75 persen mulai Juli tahun ini.

"Jadi kalau kita lihat 57 persen pengenaan cukai pada vape ini saya kira perlu dikaji ulang angkanya tetapi kalau vapenya turunan dari tembakau itu sah-sah aja dikenakan cukai," ujar Bima dalam dikusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (27/1).

Menurut Bima, alasan pengkajian ulang perlu dilakukan lantaran industri vape saat ini masih kecil, kemudian dalam hal pengendalian vape dinilai sebagai jembatan bagi orang-orang yang ingin berhenti merokok.


"Infound industry atau industri yang masih bayi vape ini. Saya juga masih ragu kalau bisa mencapai 1 juta user atau vapor aktif yang ada di Indonesia. Karena di negara maju seperti Inggris saja yang sudah lama lebih dulu itu ada 2,2 juta, apakah indonesia secepat itu bisa mencapai 1 jutat. Jadi saya menganggap industri ini masih kecil," tambahnya.

"Kemudian pengendalian, ada survei menarik office for national statistics yang ada di Inggris dari 2,2 juta pemakai rokok elektrik atau vape itu 53 persennya memang ingin berhenti dari rokok jadi ini adalah salah satu produk bridging atau jembatan dari orang kemudian dari rokok mengurangi-mengurangi hingga akhirnya menghentikan rokoknya sama sekali," lanjutnya.

Lebih lauh Bima mengungkapkan untuk mengeluarkan regulasi 57 persen cukai, perlu juga adanya studi ulang mendalam yang mana membahas jumlah pengguna vape yang ada di Indonesia.

"Harus melakukan bukan hanya survei harga, tapi survei yang lebih mendalam lagi berapa persen dari pengguna vape yang ada di Indonesia yang sebenarnya ingin berhenti dari rokok sehingga dia menggunakan vape karena resikonya lebih rendah. Jadi perlu studi lebih lanjut sebelum kemudian mengeluarkan regulasi yang harus 57 persen dari cukai," tutupnya. [rus]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya