Awal tahun ini ekspor perkeretaapian nasional makin bergairah. Produk PT Industri Kereta Api (INKA/Persero) terus diminati negara lain. Beberapa proyek sudah mendapatkan perjanjian pembuatan kereta api salah satunya, Filipina. Perseroan juga telah merambah pasar Bangladesh, hingga Afrika.
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro mengungÂkapkan, awal pekan lalu FilÂipina sepakat melakukan konÂtrak pembelian kereta dengan Indonesia.
"Philippine National Railways (PNR) sepakat untuk menanÂdatangani kontrak pembelian Kereta Rel Diesel (KRD) dari PT INKA," katanya.
Total nilai pembelian kereÂta KRD tersebut sebesar 485 juta peso atau Rp 127,3 milÂiar. Menurutnya, perjanjian pembelian tersebut merupakan bentuk kepercayaan negara lain kepada produksi Indonesia. Kepercayaan pasar luar negeri terus meningkat tidak lepas dari kepercayaan mereka terhadap kereta rancangan Indonesia.
"Tujuan kami adalah mengÂhasilkan produk yang berkualiÂtas tinggi," katanya
Noviantoro juga menyampaiÂkan apresiasi kepada PNR yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi PT INKA menjadi bagian dari perkembanÂgan transportasi di Filipina.
"Kami akan memberikan peÂlayanan yang terbaik bagi PNR," katanya.
Pihak Filipina juga menyataÂkan bahwa proyek ini merupakan inisiasi pemerintah Filipina untuk menyediakan sarana transportasi publik yang dapat mempersingkat jarak tempuh, dan lebih nyaman bagi masyarakat. Rencananya KRD tersebut akan dioperasikan di jalur yang menghubungkan Tutuban Station dan Alabang Station, di Metro Manila.
Pihaknya juga telah menjajaki pasar-pasar asing lainnya. Mulai dari Bangladesh hingga pasar AfÂrika. Perseroan menargetkan bisa menguasai pasar Asia Tenggara hingga negara-negara lainnya pada Tahun 2020 mendatang.
"Segmentasi kami Asia TengÂgara dan target sampai 2020, kami bisa kuasai pasar Asia Tenggara dan negara-negara Asia lainnya."
Budi mengatakan, negara yang sudah menjadi langganan produkÂsi Inka adalah Bangladesh. Saat ini, Inka juga tengah mengerjakan pemesanan kereta untuk keÂtiga kalinya dari negara tersebut. "Bangladesh sudah satu, dua, tinggal yang ketiga," ujarnya.
Perseroan juga mulai meramÂbah pasar di Benua Afrika seÂbagai ekspansi bisnis setelah memasarkan produk kereta api di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Selain itu, INKA juga akan mengerjakan pembuatan lokomotif untuk Afrika bagian Selatan yakni Zimbabwe.
"Setelah Filipina untuk KRD disusul kemudian Zimbabwe kami diminta bergabung dengan Bombardier untuk pengadaan 30 lokomotif," kata dia.
Selain itu, negara di Afrika yang tertarik dengan produk tanah air yaitu Nigeria dan Zambia. "Menteri Transportasinya sudah berkunjung ke Inka, sudah melihat ada kereta penumpang, kereta baÂrang, macam-macam," katanya.
Proyek yang tengah dijajaki dengan Zambia yaitu pengerjaan 30 lokomotif senilai kira-kira 90 juta dolar AS atau Rp 1,3 triliun. Baru-baru ini negara di Asia Tenggara yang mulai ikut tergiur dengan kereta Indonesia adalah Sri Lanka. Saat ini PT INKA masih menjajaki peluang untuk memproduksi kereta bagi Sri LanÂka. Perusahaan telah mengirim tim untuk memuluskan proses penjajakan tersebut mengingat nilai kontraknya yang lumayan.
"Termasuk Sri Lanka baru-baru ini, ya mudah-mudahan ada tambahan lagi untuk kereta. (Nilai kontrak) Macam-macam, ada yang 90 juta dolar AS ada yang 47 juta dolar AS," tutur dia.
Bahkan rencana kerja sama kereta api dengan Sri Lanka itu telah dibahas oleh Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke negaraannya.
"Mudah-mudahan dengan kunjungan Presiden ini akan ada tindak lanjut yang konkret, yaitu ekspor gerbong (untuk Sri Lanka), baik gerbong penumpÂang maupun gerbong barang dari PT. INKA," tutur Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Lokal Tetap DigarapSelain terus memenuhi perÂmintaan dari negara lain PT INKA juga perlu memenuhi permintaan lokal.
Direktur Utama PT INKA (PerÂsero) Budi Noviantoro mengataÂkan, untuk dalam negeri ada seÂjumlah kereta yang saat ini sedang digarap di antaranya, kereta BanÂdara Minangkabau, Padang dan Bandara Adi Soemarmo Solo.
"Untuk memenuhi kapasitas produksi yang meningkat kami akan menambah pabrik baru di Banyuwangi," katanya.
Perseroan juga sedang melakuÂkan peremajaan 438 unit kereta penumpang kelas tiga dan satu pesanan PT KAI (Persero). Dan yang terbaru, PT INKA (Persero) mendapatkan proyek pembuatan kereta api ringan (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek).
Budi menambahkan, jika telah beroperasi, rencananya pabrik di Banyuwangi akan menjadi fasiliÂtas produksi kereta yang utama. "Nantinya pabrik di Madiun akan dijadikan fasilitas pendukung atau perawatan," tururnya.
Pabrik dengan nilai investasi Rp 600 miliar ini ditargetkan bisa mulai beroperasi pada TaÂhun 2019. ***