Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Ngarep Insentif

Kerek Daya Saing Rumput Laut
SABTU, 27 JANUARI 2018 | 12:08 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif khusus untuk industri rumput laut lokal. Insentif tersebut perlu diberikan agar daya saing industri rumput laut dalam negeri bisa meningkat.

Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis mengatakan, insentif diper­lukan agar upaya hilirisasi dan peningkatan daya saing industri pengolahan dalam negeri bisa tercapai. "Pemerintah bisa mem­berikan insentif khusus terhadap industri, menghilangkan ekonomi biaya tinggi juga," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, pemerintah ber­peran penting dalam upaya harmonisasi hulu hilir. "Kami berharap agar pemerintah dapat melindungi keberlangsungan budidaya dan produksi rumput laut," tegasnya.


Industri pun sebaiknya mening­katkan teknologi pengolahan agar lebih efisien. Kalangan industri juga harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang han­dal serta menciptakan jaringan pemasaran yang lebih baik.

Selain itu, industri dalam negeri mulai merintis kebun inti dan lebih aktif menjalin kemitraan untuk kepastian bahan baku. Pasalnya, lahan untuk pengembangan budidaya masih terbentang luas.

Saat ini serapan rumput laut petani oleh para pelaku industri pengolahan dalam negeri masih rendah. Hal tersebut dikarenakan daya saing industri lokal yang masih harus ditingkatkan.

"Bahan baku rumput laut banyak tersedia, kita salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Namun sejauh ini memang banyak diekspor, masih kecil diserap oleh industri lokal," ungkapnya.

Menurut dia, industri pengola­han dalam negeri harus mampu meningkatkan daya saingnya dan mendukung pengembangan komoditas rumput laut. Tidak hanya dari sisi hilirnya saja, tetapi juga mulai dari sektor hulunya.

"Harmonisasi hulu hilir har­us terjaga. Kita tentu meng­harapkan hilir bisa menyerap, namun ternyata kemampuan untuk itu masih kecil, sehingga pelaku rumput laut lebih banyak mengekspornya ke luar karena Industri negara lain lebih siap menyerap rumput laut petani lokal," ujarnya.

Menurutnya, pelaku industri pengolahan lokal harus mampu bersaing dan menyesuaikan pula dengan harga yang berlaku di pasar internasional. "Saat ini harga di dunia sudah transparan, para petani pun sudah tahu dan dapat dengan mudah mengak­sesnya," tuturnya.

Direktur Jenderal Industri Argo di Kementerian Perindus­trian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, pasokan sumber daya alam rumput laut dari Indonesia untuk pasar dunia jumlahnya begitu besar. "Seban­yak 85 persen rumput laut di dunia itu berasal dari Indonesia," ujarnya.

Sayang, Indonesia masih men­galami permasalahan dalam, yaitu adanya ekspor rumput laut ke luar negeri yang mencapai 68 persen. Sementara pemenuhan dalam negeri hanya 32 persen dari produksi rumput laut na­sional. "Ini mengakibatkan in­dustri pengelolaan rumput laut dalam negeri kekurangan bahan baku," ujarnya.

Tak hanya itu, industri rumput laut dalam negeri juga menjadi kalah bersaing untuk mendapat­kan bahan baku dengan industri luar negeri, seperti China misal­nya. Apalagi industri rumput laut di China mendapatkan fasilitas dari negaranya.

Panggah menambahkan, po­tensi pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia tersebar di 23 provinsi. "Untuk budi daya rumput laut jenis Eucheuma dan Gracilaria tersebar di 17 provinsi,"  ungkapnya. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya