Berita

Kapolri Jenderal Tito Karnavian/Net

Politik

Kapolri: Isu Agama Tidak Akan Laku Di Pilgub Jabar

Partai Oposisi & Pendukung Pemerintah Usung Calon Sama
SABTU, 27 JANUARI 2018 | 11:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Isu SARA diprediksi tidak laku di Pilkada serentak 2018. Sebab, banyak partai oposisi yang mengusung pasangan calon sama dengan partai pendukung pemerintah.

 Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, untuk bisa menguatkan isu primordial da­lam suatu kontestasi pemilu, dibutuhkan beberapa syarat. Salah satunya, polarisasi dukungan yang sangat kuat.

"Memang ada beberapa antara partai oposisi dan pemerintah yang calonnya berbeda, tapi arti­nya latar belakangnya tak bisa dieksploitasi masalah agama dan lain-lain seperti di Jawa Barat (Jabar)," jelas Tito di Jakarta, kemarin.


Dengan banyaknya partai oposisi mendukung jagoan pe­merintah, Tito menyebut potensi emosional yang muncul nanti berupa emosional perorangan. Menurutnya itu berbeda karena bukan emosional poros partai, seperti di Pilkada DKI Jakarta.

"Nanti potensi emosional yang muncul adalah emosional perorangan dibanding dengan emosional poros partai. Ini bedadengan kasus Jakarta," kata man­tan Kapolda Metro Jaya itu.

Kedua, ia pun yakin kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi semakin tinggi sehingga pilkada dapat berjalan aman.

Ketiga, Polri dan TNI kom­pak. "Selagi TNI Polri kompak sampai jajaran terbawah Insya Allah akan aman," lanjut Tito.

Sementara, Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai, tidak perlu terlalu khawatirakan dipergunakan­nya kembali isu SARA di Pilkada 2018.

Menurut Djayadi, potensi penggunaan isu primordial di pilkada tidak akan tinggi dan laku lagi. Karena untuk bisa menguatkan isu primordial da­lam suatu kontestasi pemilu, dibutuhkan beberapa syarat.

Djayadi menyebutkan, ban­yak daerah nantinya tidak akan memenuhi syarat itu. "Jadi kalau dilihat ada ancaman atau tidak, kayaknya tidak terlalu kompetitif. Walhasil kita boleh bergembiralah dilihat dari peri­laku politiknya," ucap Djayadi ditemui di Megawati Institute, Jakarta, kemarin.

Djayadi menyebutkan, syarat dimaksud adalah jika pemilu bersifat kompetitif, antara satu calon dan calon lainnya memi­liki kubu pendukung yang sama-sama kuat atau terpolarisasi. Sebagai contoh ketika Pilpres 2014, kubu pendukung calon Presiden Jokowi dan Prabowo sama kuatnya.

Hal lainnya, jika masing-masing calon dianggap merep­resentasikan dari suatu iden­titas berbeda. Bisa dari suku, daerah, ataupun agama tertentu. Menurut Djayadi, hal itu dapat menguatkan isu-isu primordial. Karena dirasa dapat memun­culkan ancaman dari masing-masing identitas.

"Misal dari calon Amewakili Jawa, calon B mewakli Palembang. Akan laku isu itu (primordial)," ujar Djayadi.

4 Lokasi Di Papua Rawan Konflik

Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyebut, Provinsi Papua jadi salah satu dari lima daerah paling rawan konflik di pilkada. "Di Papua, kata dia, ada empat lokasi dianggap pal­ing rawan. Yakni Jayawijaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Paniai. Itu daerah yang memiliki potensi kerawanan dan perlu kita antisi­pasi bersama," kata Boy Rafli di Jakarta, kemarin.

Boy mengaku, Kepolisian telah berkomunikasi dengan pe­nyelenggara serta meminta du­kungan para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan kepala suku agar meminimalisasi gesekan.

Selain itu, Kepolisian bekerjasama dengan penyelenggara berupaya menanamkan kepada para pasangan calon agar siap meng­hadapi hasil apapun, menang atau kalah. "Jadi kita proaktif buka jaringan komunikasi dengan mereka dan kita ikut ser­takan tokoh-tokoh di sini tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat," ujarnya.

Selain itu, Boy berharap paraelit politik dapat menjadi pihak-pihak yang memotori lahirnya proses pilkada damai. Pasalnya, kecenderungan proses mobilisa­si massa tidak lepas dari mereka yang terkait langsung. "Akan tetapi apabila pasangan calon dan tim sukses memprovokasi, itu sangat dimungkinkan terjadinya benturan-benturan terjadi dalam masyarakat," jelasnya.

Dalam kontestasi Pilgub Papua, calon incumbent atau pe­tahana Lukas Enembe yang berpasangan dengan Klemen Tinal akan kembali bertarung men­hadapi penantangnya pasanganJohn Wempi Wetipo-Habel Melkias Suwae. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya