Badan Narkotika Nasional (BNN) mengantongi data yang menunjukkan sekitar 80 persen pasokan narkotik dan obat terlarang masuk melalui jalur laut.
"Narkoba yang masuk ke Indonesia banyak diselundupkan melalui jalur laut, 80 persen dari jalur laut," kata Deputi Penindakan BNN, Irjen Pol Arman Depari, saat menghadiri acara pemusnahan barang bukti di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (26/1).
Fenomena ini, kata Arman, bukan hanya diakui Indonesia tetapi juga diakui oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)
"Juga merilis bahwa transportasi penyalahgunaan narkoba, pengiriman dari tempat produksi ke pasar itu 80 persen lewat laut," jelas Arman.
Hal ini juga terkait dengan fakta bahwa penyelundupan narkoba sangat marak di antara Indonesia dengan Malaysia. Pasalnya, pantai timur Sumatera bisa ditempuh dalam waktu tiga jam dari Malaysia.
"Bahkan ada yang dekat, hanya satu jam sampai di Indonesia. Kerawanannya pantai kita ini banyak yang terbuka, tidak ada pengawasan. Bukan hanya kurang, tapi tidak ada pengawasan," tekan dia.
Jalur pantai timur yang dianggap rawan yaitu dari ujung Sabang sampai ke Langsa, Lhokseumawe, Belawan, Tanjung Balai sampai ke Lampung.
Belum lagi, banyak terjadi transaksi di tengah Selat Malaka yang dilakukan dengan cara pemindahan barang dari kapal ke kapal.
"Jika sindikat Malaysia masih memegang barang itu, berarti tanggung jawab dari sindikat Malaysia ke titik pertemuan. Begitu berpindah, diserahkan ke sindikat Indonesia. Itu berarti sudah tanggung jawab sindikat Indonesia dibawa ke Indonesia," ungkap Arman.
Karena itu, dia berharap berbagai institusi lain seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakamla), Angkatan Laut, Pol Airud dan Bea Cukai, membantu BNN dalam mencegah dan menindak penyelundupan narkoba.
"Kami harapkan bisa bersinergi, jangan dilihat hanya kerja BNN. Narkotika ini seharusnya jadi tanggung jawab kita bersama," demikian Arman.
[ald]