Berita

Foto/Net

Bisnis

Astaga, Ketimpangan Ekonomi Makin Parah

KAMIS, 25 JANUARI 2018 | 10:10 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Saat ini ketimpangan men­jadi masalah yang mendunia. Revolusi industri ternyata berpotensi meningkatkan ket­impangan ekonomi. Sementara akses terhadap pekerjaan yang layak juga semakin sulit.

Program Manager International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), Siti Khoirun Ni’mah, men­gungkapkan selama lima tahun terakhir, kekayaan 50 persen penduduk di Indonesia terus turun dari 3,8 persen terhadap total kekayaan nasional men­jadi 2,8 persen. Sementara itu, 1 persen penduduk terkaya memiliki 45 persen dari keka­yaan nasional.

"Untuk itu, segenap upa­ya penurunan ketimpangan haruslah berkelanjutan. Salah satunya ketimpangan dalam mendapatkan akses atas peker­jaan yang layak," katanya di Jakarta, kemarin.


Ni'mah menerangkan, upaya menurunkan ketimpangan secara berkelanjutan bukanlah hal yang mudah, terutama dari segi akses terhadap pekerjaan yang layak. Saat ini dunia menghadapi perubahan corak produksi yang berbasis pada kemajuan teknologi.

Perubahan yang disebut dengan Revolusi Industri Keempat akan menghasilkan jenis pekerjaan baru yang menuntut keterampilan dan keahlian tertentu.

"Perubahan teknologi di Revolusi Industri Keempat ber­potensi meningkatkan ketimpa­ngan terutama antara pekerja yang memiliki keahlian dengan yang tidak memiliki keahlian. Padahal 52 persen angkatan kerja di Indonesia yang ada saat ini berpendidikan SMP ke bawah," sebutnya.

Untuk itu, pemerintah harus dapat meningkatkan kesem­patan kerja bagi masyarakat dengan terus memperbaiki kualitas lembaga pendidikan dan vokasi. Kebijakan terse­but juga harus disertai dengan upah yang layak, dan langkah tersebut harus menjadi priori­tas pemerintah.

"Pemerintah harus menja­min pendidikan dan pelatihan yang memberikan keahlian dan keterampilan yang memadai beserta tersedianya lapangan kerja. Pada saat yang sama pertumbuhan capital 1 persen orang-orang paling kaya harus didistribusikan kepada 50 persen penduduk miskin melalui kebijakan pajak yang adil dan memastikan tidak ada lagi penghindaran dan pengemplangan pajak," jelasnya. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya