Penghentian sementara layanan pemerintahan Amerika Serikat/AS (shutdown) dinilai akan mempengaruhi pergerakan kurs. Nilai tukar rupiah diramal bakal menguat terhadap dolar AS, setidaknya selama dua pekan ke depan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima YudhisÂtira Adhinegara menuturkan, shutdown diprediksi akan berÂlangsung dari minggu keempat Januari hingga minggu kedua Februari 2018. Menurutnya, dampak shutdown minim terhadap perekonomian Indonesia.
"Ketika terjadi shutdown, posisi rupiah dalam posisi terkendali di kisaran Rp 13.350-13.400 (per dolar AS) Hal ini disebabkan dolar AS melemah terhadap mata uang negara lain. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) juga masih tetap positif di angka 6.490-6.500," ungkap Bhima kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.
Sebaliknya, Bhima meramal nilai tukar rupiah akan menguat. Menurutnya, shutdown akan menyebabkan prospek pemuliÂhan ekonomi AS bisa terganggu. Dalam posisi ini, rupiah diuntungkan.
Bhima memaparkan, proyeksinya tersebut berkaca dari pengalaman shutdown sebelumnya. AS pernah mengalami shutdown pada tahun 1995-1996 dan tahun 2013. Saat itu kurs rupiah hampir tidak terpengaruh. Karena, shutdown bersifat temporer atau jangka pendek, berlangsung kurang lebih 2 minggu.
Apalagi, Bhima melihat saat ini cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk melakuÂkan stabilisasi kurs jika terjadi gejolak. Angka terakhir bulan Desember 2017 cadangan deÂvisa berada di posisi 130 miliar dolar. Namun demikian, dia menyarankan Bank Indonesia (BI) untuk terus menguatkan cadangan devisa untuk mengantisipasi kemungkinan jika
shutÂdown berlangsung lama, lebih dari 2 minggu.
Menurutnya, jika shutdown berlangsung lama, ekonomi dunia rentan bergolak. "Sebagai
safety net atau jaring pengaÂman terhadap gejolak eksternal, cadangan devisa harus terus ditingkatkan nilai maupun kualiÂtasnya dengan mendorong deviÂsa ekspor non migas serta devisa pariwisata," sarannya.
Ekspor RI Terganggu Jika shutdown berlangsung cukup lama, Bhima memastikan kinerja perdagangan Indonesia ke AS terganggu. Kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2018 berpotensi menurun. Apalagi, ekspor InÂdonesia ke negara Paman Sam cukup besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 11,2 persen dari total ekspor atau senilai 17,1 miliar dolar AS.
"Pemerintah perlu mempersiapkan mitigasi risiko salah satunya dengan memperluas pasar ekspor ke negara alternatif sehingga ketergantungan terhadap AS berkuran," imbuhnya.
Selain perdagangan, lanjut Bhima, kinerja investasi juga bisa terganggu. Berdasarkan data Badan Koordinasi PeÂnanaman Modal (BKPM) inÂvestasi langsung AS sepanjang Januari-September 2017 berada di peringkat ke 4 dengan nilai sebesar 1,53 miliar dolar AS atau naik 1,1 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Dengan kondisi tersebut, pemerintah perlu terus melanjutÂkan reformasi investasi khususÂnya percepatan perizinan, deÂregulasi dan evaluasi insentif fiskal. Harapannya efek negatif investasi AS yang berkurang bisa di
off set oleh kenaikan investasi dari negara lainnya," tuturnya.
Bhima menuturkan, dampak shutdown juga akan berpengaruh di pasar keuangan. Modal asing rentan kabur dari negara berkembang. Perlu dicatat sepanÂjang 2017, berdasarkan laporan Bloomberg, dana asing yang keluar dari bursa saham (net sales) Indonesia mencapai 2,96 miliar dolar AS atau hampir Rp 40 triliun.
"Dengan kondisi tersebut, motor pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi dan ekspor bisa terpengaruh," katanya.
Seperti diketahui, Pemerintah AS menghentikan sementara sebagian layanan publik (kecuali terkait lembaga keamanan dan keselamatan nasional) sejak Jumat (19/01). Hal itu terjadi karena kongres AS tidak meloÂloskan anggaran yang diajukan Presiden AS Donald Trump.
Analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri juga meramal rupiah akan alami penguatan.
Menurutnya, penguatan rupiah selama pekan lalu pengaruh dari
shutdown AS. Reny melihat dampak shutdown AS terhadap rupiah masih akan terus berlanjut.
"Namun, sifatnya terbatas mengingat minimnya sentimen dari dalam negeri," ucapÂnya. ***