Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
ISLAM dan Pancasila memÂberi tempat kepada agama-agama lokal di Indonesia. Dalam kenyataannya hingÂga saat ini masih ada seÂjumlah agama lokal masih tetap eksis walaupun diterÂpa berbagai tantangan. NaÂmun demikian sudah ada beberapa di antaranya yang punah atau berÂmanifestasi menjadi kepercayaan baru atau berintegrasi dengan sejumlah agama dan keÂpercayaan besar atau kecil lain. Kepunahan agama dan kepercayaan lokal bukan karena sengaja dihilangkan, tetapi lebih merupakan ketidakmampuannya menghadapi tantangan yang semakin menantang. Kalangan ahli sejaÂrah agama-agama menilai bahwa agama yang didominasi oleh ajaran yang sulit diterima akal sehat berangsur-angsur akan ditinggalkan oleh pemeluknya.
Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya beÂnar karena masih banyak sekali sistem ajaran yang sulit dicerna akal tetapi tetap bertahan dan dipertahankan masyarakat. Termasuk daÂlam Islam, misalnya jika logika yang digunaÂkan untuk memahami keberadaan tayammum, yaitu penggunaan debu sebagai pengganti air untuk menyucikan diri, maka mungkin sulit diÂpahami. Banyak doktrin besar dalam agama besar yang tidak sejalan dengan logika tetapi tetap dipertahankan. Tidak tanggung-tanggung yang justru mempertahankannya ialah para toÂkoh pemikir dari agama tersebut. Inilah misÂteri agama. Dalam Islam, dikenal ada Rukun Iman untuk mengamankan sistem ajaran yang mungkin sulit dicerna oleh akal. Memang benar bahwa jika semua ajaran agama harus serasi dan sejalan dengan logika, maka seketika itu agama berheti statusnya sebagai agama dan menjelma menjadi filsafat etika. Filsafat tidak akan pernah bisa memanusiakan manusia seÂcara sejati. Mungkin atas dasar kenyataan ini, Prof Hull dalam History and Philosophy of SciÂence menyatakan, agama tidak mungkin bisa diasingkan dengan pemeluknya.
Menarik untuk dikaji mengapa agama-agama lokal dan sejumlah aliran kepercayaan tetap bertahan hidup? Sumber kekuatannya dari mana? Bagaimana mereka menyiasati kehiduÂpan masyarakat modern yang serba rasional? Bagaimana sistem regenerasi dan memelihara generasi mudanya supaya mereka tetap kenÂtal dengan agama dan kepercayaannya? Apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah terhadap mereka? Kalangan sosiolog agama sepÂerti Max Weber pernah menyatakan, populasi umat beragama selalu terapung bersama agÂamanya. Semodern apapun sebuah bangsa agama tetap eksis di dalamnya.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44
Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45