Provinsi Hebei di China masih merupakan lokasi di mana enam dari 10 kota paling berasap atau terpapar polusi berada pada tahun 2017 lalu, sama seperti tahun sebelumnya.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup China yang dipublikasikan pada hari Kamis (18/1), posisi itu tidak berubah meskipun ada kampanye untuk memperbaiki kualitas udara selama musim dingin ketika tingkat asap mencapai puncaknya. Karena di musim itu, konsumsi batubara secara tradisional melonjak untuk menjalankan boiler untuk pemanasan. Hal itu berimbas pada peningkatan polutan udara yang berbahaya.
Hebei sendiri merupakan wilayah penghasil baja terbesar di China.
Menurut angka yang diterbitkan oleh Kementerian Perlindungan Lingkungan (MEP), ibu kota provinsi Hebei, Shijiazhuang, melihat rata-rata kadar asap tertinggi di seluruh China pada partikulat tahun lalu dengan lebar 2,5 mikron, yang dikenal sebagai PM2.5, yang mudah dihirup. ke paru-paru menyebabkan kerusakan pernafasan.
Selain itu juga ada kota lainnya yang paling berasap karena polusi udara Hebei, Handan dan Tangshan, kota produksi baja terbesar di dunia, serta Xingtai, Baoding dan Hengshui.
Hebei secara keseluruhan melihat konsentrasi PM2.5 mencapai 65 mikrogram per meter kubik tahun lalu, turun 7,1 persen dibandingkan tahun 2016. Target pemerintah adalah memangkas angka tersebut lebih jauh 14 persen pada tahun 2020.
Kepala biro lingkungan provinsi, Gao Jianmin, juga mengatakan awal bulan ini bahwa provinsi ini akan berusaha tahun ini untuk memindahkan kota-kota Shijiazhuang, Hengshui dan Tangshan dari daftar 10 besar kota terburuk dengan polusi.
Secara keseluruhan, rata-rata pembacaan PM2.5 di 338 kota yang dipantau di China mencapai 43 mikrogram per meter kubik pada tahun 2017, turun 6,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh kelompok lingkungan Greenpeace minggu lalu, Beijing, Hebei dan bagian lain China utara melihat perbaikan dramatis dalam kualitas udara selama musim dingin sebagai akibat dari tindakan keras serta kondisi cuaca yang lebih baik, namun kemajuan terhenti di bagian lain dari negara. Demikian seperti dimuat
Channel News Asia.
[mel]