Berita

Nasaruddin Umar/Net

Pancasila & Nasionalisme Indonesia (147)

Mendalami Sila Kelima: Belajar Dari Kearifan Walisongo

RABU, 10 JANUARI 2018 | 09:11 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

WALISONGO sudah men­jadi sebuah nama yang terukir di dalam sejarah monumental Indonesia. Era Walisongo bisa dis­ebut era proto Islam Indo­nesia. Era ini mengakhiri pusat kerajaan Hindu Ma­japahit di Nusantara. Para ahli sejarah menunjuk kepiawaian Walisongo memainkan peran di dalam masyarakat se­hingga bagai menarik benang dari tepung, transformasi Hindu ke Islam berlangsung tanpa menimbulkan ketegangan sedikit pun. Diplomasi dakwah Walisongo perlu men­jadi pelajaran kepada generasi baru Islam, bahwa menyampaikan dakwah tidak mes­ti harus menimbulkan ketegangan di dalam masyarakat. Spirit Walisongo tetap diperlu­kan di dalam melestarikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sedikitpun kita tidak meragukan keula­maan Walisongo, tetapi di dalam menyam­paikan dakwah Islam mereka mengingatkan kita kepada strategi dakwah Rasulullah Saw. Mereka pertama kali memahami filosofi dasar budaya bangsa nusantara. Mereka juga me­mahami sistem dan struktur serta peran kra­ton di dalam masyarakat. Walisongo meng­hadirkan diri sebagai bagian dari kraton tanpa mengesankan adanya ancaman sedikit pun kepada raja dan elite masyarakat lainnya. Walisongo seolah mendapatkan hidayah di dalam setiap langkahnya sehingga kehad­irannya mengesankan segenap warga bang­sa dengan berbagai latar belakangnya.

Walisongo menawarkan potensi diri yang amat dibutuhkan kraton dan kelompok elite masyarakat lainnya. Sembilan wali ini mas­ing-masing mempunyai kepiawaian dan ke­unikan peran di dalam menyebarkan Islam. Maulana Malik Ibrahim, yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Ma­japahit. Ia menjadi tabib istana yang banyak menyelamatkan keluarga kraton. Ia diangkat menjadi orang penting di istana, bukan hanya keahliannya dalam ketabiban tetapi juga pan­dangan-pandangannya yang arif dan menye­jukkan. Pada akhirnya raja bersama keluar­ganya, kemudian diikuti pembesar kerajaan dan masyarakat luas memeluk agama baru yang dibawa oleh sang tabib.


Sebelum ke tanah Jawa, Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa (Kam­boja) selama 13 tahun sejak tahun 1379. Ia merupakan putra seorang ulama Persia, Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Sa­markand. Begitu hebatnya sampai ia berha­sil menikahi putri raja, yang memberinya dua putra, yaitu Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Walisongo selalu menampilkan warna lokal di mana mereka berada, sehing­ga diterima di semua pihak. Putranya yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel (2), menikah dengan putri seorang adipati di Tu­ban. Dari perkawinannya lahir Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak hendak didirikan, Sunan Ampel menyaksikan lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V Raja Majapahit untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Ban­yak keluarga Walisongo berbaur di beberapa kerajaan lokal. Dari sini kita melihat bagaima­na Walisongo menguasai hukum-hukum so­sial masyarakat yang terkenal dengan istilah: "Agama masyarakat ialah apa agama rajan­ya". Jika mengislamkan kerajaan maka sama dengan mengislamkan seluruh masyarakat.

Sunan Giri yang aslinya bernama Muham­mad Ainul Yakin, lahir di Blambangan (Banyu­wangi) pada 1442 M. Ia berhasil mengislam­kan sejumlah besar keluarga istrinya yang juga keluarga kraton. Ia sangat disegani Raja Majapahit ketika itu, makanya diberikan oto­ritas berupa pesantren yang berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pe­merintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya