Kementerian BUMN (BaÂdan Usaha Milik Negara) meÂminta PT Garuda Indonesia (Persero) untuk mengkaji ulang rute-rute penerbangan yang dinilai tidak berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Sebab, Garuda Indonesia juga menjadi perusahaan pelat merah dengan nilai kerugiannya paling besar, yakni lebih dari Rp 2 triliun.
Menteri BUMN Rini M SoeÂmarno mengatakan, dalam rapat koordinasi (Rakor) bersama 114 peÂrusahaan BUMN, salah satu agenda pembahasannya terkait penanganan BUMN yang masih merugi.
"Kita merasa ada beberapa yang harus diperdalam, salah satunya bagaimana menghadapi perusahaan yang rugi. Ini (rugi) kan sudah lama. Seperti Merpati, Leces memang operasionalnya sudah jelek sekali," ujarnya, di Toba Samosir, Sumatera Utara.
Ia menggambarkan, pada Tahun 2013 total kerugiannya mencapai Rp 13 triliun dari 12-13 perusaÂhaan. Namun, ia menargetkan hingga akhir tahun ini hanya terÂsisa 5 sampai 4 BUMN saja yang merugi. Dua terbesar diantaranya yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan PT Garuda Indonesia.
Menurutnya, kerugian yang dialami Krakatau Steel dikarenakan, salah satunya tidak bisa berkompetisi dengan dumping (sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga rendah) dari China dan Korea.
Sedangkan, kerugian yang dialami Garuda terkait perang harga di antara maskapai lainÂnya. Sehingga, saat ini tengah dikaji antara lebih konsentrasi di rute domestik dan tidak terlalu besar ke internasional. Atau, rute-rute internasional hanya difokuskan pada rute di Asia.
"Ini yang kita analisa, Saya minta (manajemen) dilihat lagi rute-rute yang diterbangi. Seberapa penting itu? Nah, saya minta detailnya dalam waktu enam minggu ke depan," tegasnya.
Ia menargetkan, pada Tahun 2018 tidak ada lagi perusahaan BUMN yang merugi. Untuk itu, masing-masing perusahaan terus melakukan perbaikan baik dari sisi cost structure-nya maupun dari sisi SDM (sumber daya manusia).
Delay Hingga 5 Jam
Sayangnya, ditengah rakor pemÂbahasan BUMN merugi tersebut, lagi-lagi penerbangan Garuda InÂdonesia mengalami keterlambatan (delay) cukup parah antara 1-5 jam dibeberapa bandara seperti BanÂdara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Siborong-Borong (Silangit) hingga Bandara Internasional Kuala Namu-Medan pada Kamis (21/12) sore.
Berdasarkan pantauan Rakyat Merdeka, di Bandara InternaÂsional Silangit, penerbangan Garuda Indonesia menuju Jakarta yang seharusnya diberangkatkan pada pukul 16.00 WIB, pesawat sendiri baru tiba di Bandara Silangit pada pukul 17.30 WIB.
Hal serupa juga terjadi di BanÂdara Internasional Kuala Namu, Medan, penerbangan Garuda Indonesia tujuan Jakarta yang seharusnya dijadwalkan terÂbang pukul 20.35 WIB, ditunda hingga pukul 22.10 WIB.
"(alasan delay) karena persoÂalan operasional. Dari Jakartanya pesawat sudah delay 1 jam, jadi di sini jadi kena imbasnya juga,â€" kata salah satu petugas counter Garuda Indonesia yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi hal ini, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosansia menÂjelaskan ada beberapa hal yang dialami Garuda Indonesia sejak Kamis (21/12) siang hingga alami delay, mulai dari cuaca buÂruk hingga adanya pesawat yang mengalami kendala teknis.
"Ada beberapa belum bisa terbang kemarin pagi karena menunggu cuaca membaik di outÂstation - seperti penerbangan ke Silangit dan berdampak pada penÂerbangan lanjutan karena dilayani pesawat yang sama," terangnya.
Sedangkan pesawat Garuda yang mengalami kendala teknis, terpaksa harus diganti dengan peÂsawat cadangan. Sehingga, pengÂgantian pesawat ini yang akhirnya memakan waktu, sehingga berÂdampak terhadap penerbangan selanjutnya. "Dan traffic padat di Soekarno-Hatta. Namun siÂfat delay-nya karena operasional saja," kilahnya.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai, Kementerian BUMN harus benar-benar memaÂhami bagaimana sektor bisnis di industri penerbangan. Sehingga, pergantian direksi yang terlalu cepat juga tidak menyelesaikan masalah kinerja Garuda IndoneÂsia yang masih merugi. ***