Berita

Foto/Net

Bisnis

Garuda Didesak Kaji Ulang Rute Penerbangan Internasional

Merugi Lebih Dari Rp 2 Triliun
SELASA, 26 DESEMBER 2017 | 09:26 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kementerian BUMN (Ba­dan Usaha Milik Negara) me­minta PT Garuda Indonesia (Persero) untuk mengkaji ulang rute-rute penerbangan yang dinilai tidak berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Sebab, Garuda Indonesia juga menjadi perusahaan pelat merah dengan nilai kerugiannya paling besar, yakni lebih dari Rp 2 triliun.

Menteri BUMN Rini M Soe­marno mengatakan, dalam rapat koordinasi (Rakor) bersama 114 pe­rusahaan BUMN, salah satu agenda pembahasannya terkait penanganan BUMN yang masih merugi.

"Kita merasa ada beberapa yang harus diperdalam, salah satunya bagaimana menghadapi perusahaan yang rugi. Ini (rugi) kan sudah lama. Seperti Merpati, Leces memang operasionalnya sudah jelek sekali," ujarnya, di Toba Samosir, Sumatera Utara.


Ia menggambarkan, pada Tahun 2013 total kerugiannya mencapai Rp 13 triliun dari 12-13 perusa­haan. Namun, ia menargetkan hingga akhir tahun ini hanya ter­sisa 5 sampai 4 BUMN saja yang merugi. Dua terbesar diantaranya yakni PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan PT Garuda Indonesia.

Menurutnya, kerugian yang dialami Krakatau Steel dikarenakan, salah satunya tidak bisa berkompetisi dengan dumping (sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga rendah) dari China dan Korea.

Sedangkan, kerugian yang dialami Garuda terkait perang harga di antara maskapai lain­nya. Sehingga, saat ini tengah dikaji antara lebih konsentrasi di rute domestik dan tidak terlalu besar ke internasional. Atau, rute-rute internasional hanya difokuskan pada rute di Asia.

"Ini yang kita analisa, Saya minta (manajemen) dilihat lagi rute-rute yang diterbangi. Seberapa penting itu? Nah, saya minta detailnya dalam waktu enam minggu ke depan," tegasnya.

Ia menargetkan, pada Tahun 2018 tidak ada lagi perusahaan BUMN yang merugi. Untuk itu, masing-masing perusahaan terus melakukan perbaikan baik dari sisi cost structure-nya maupun dari sisi SDM (sumber daya manusia).

Delay Hingga 5 Jam

Sayangnya, ditengah rakor pem­bahasan BUMN merugi tersebut, lagi-lagi penerbangan Garuda In­donesia mengalami keterlambatan (delay) cukup parah antara 1-5 jam dibeberapa bandara seperti Ban­dara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Siborong-Borong (Silangit) hingga Bandara Internasional Kuala Namu-Medan pada Kamis (21/12) sore.

Berdasarkan pantauan Rakyat Merdeka, di Bandara Interna­sional Silangit, penerbangan Garuda Indonesia menuju Jakarta yang seharusnya diberangkatkan pada pukul 16.00 WIB, pesawat sendiri baru tiba di Bandara Silangit pada pukul 17.30 WIB.

Hal serupa juga terjadi di Ban­dara Internasional Kuala Namu, Medan, penerbangan Garuda Indonesia tujuan Jakarta yang seharusnya dijadwalkan ter­bang pukul 20.35 WIB, ditunda hingga pukul 22.10 WIB.

"(alasan delay) karena perso­alan operasional. Dari Jakartanya pesawat sudah delay 1 jam, jadi di sini jadi kena imbasnya juga,”" kata salah satu petugas counter Garuda Indonesia yang enggan disebutkan namanya.

Menanggapi hal ini, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosansia men­jelaskan ada beberapa hal yang dialami Garuda Indonesia sejak Kamis (21/12) siang hingga alami delay, mulai dari cuaca bu­ruk hingga adanya pesawat yang mengalami kendala teknis.

"Ada beberapa belum bisa terbang kemarin pagi karena menunggu cuaca membaik di out­station - seperti penerbangan ke Silangit dan berdampak pada pen­erbangan lanjutan karena dilayani pesawat yang sama," terangnya.

Sedangkan pesawat Garuda yang mengalami kendala teknis, terpaksa harus diganti dengan pe­sawat cadangan. Sehingga, peng­gantian pesawat ini yang akhirnya memakan waktu, sehingga ber­dampak terhadap penerbangan selanjutnya. "Dan traffic padat di Soekarno-Hatta. Namun si­fat delay-nya karena operasional saja," kilahnya.

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai, Kementerian BUMN harus benar-benar mema­hami bagaimana sektor bisnis di industri penerbangan. Sehingga, pergantian direksi yang terlalu cepat juga tidak menyelesaikan masalah kinerja Garuda Indone­sia yang masih merugi. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya