Legislator tidak keberatan dengan rencana Pertamina mengeluarkan produk baru, gas 3 kilogram non subsidi (bright gas), asalkan, perusahaan pelat merah tersebut tidak mengurangi pasokan gas melon.
Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu menyatakan tidak keberatan dengan renÂcana PT Pertamina (Persero) meluncurkan bright gas 3 kg. Namun dia mewanti-wanti PerÂtamina agar tetap melaksanakan tanggung jawabnya memasok gas 3 kg bersubsidi (gas melon) dengan baik. Jangan sampai peluncuran bright gas untuk mengakali tingginya kebutuhan masyarakat mendapatkan gas murah. Dia tidak ingin gas 3 kg langka seperti bahan bakar minyak (BBM) jenis premium karena Pertamina meluncurkan pertalite.
"Kami sudah ngecek langsung ke lapangan, premium sering kosong. Karena tidak ada, langka, masyarakat akhirnya terpaksa membeli pertalite," terang Gus Irawan kepada Rakyat Merdeka, belum lama ini.
Gus menyebutkan tahun ini seharusnya Pertamina menyalurÂkan BBM premium sebanyak kuota 12,5 miliar kiloliter (KL). Namun, Per Oktober, premium yang disalurkan baru 6 miliar KL. Artinya, 6 miliar KL belum disalurkan. Hal ini sama saja dengan Pertamina menahan hak rakyat. Seperti diketahui, PerÂtamina mengaku rugi menjual BBM premium.
Selain menjamin pasokan, Gus meminta, Pertamina juga harus tetap mengawasi distriÂbusi gas melon. Jangan samÂpai peluncuran bright gas diÂjadikan semacam kompensasi kegagalan melakukan pengaÂwasan. Menurutnya, pengaÂwasan terhadap penyimpangan gas melon harus ditingkatkan. Karena, kelangkaan gas di seÂjumlah daerah belum lama ini antara lain disebabkan praktik pengoplosan.
"Kelangkaan gas kemarin bukan karena masyarakat panik karena dengar isu peluncuran bright gas, apalagi karena lonÂjakan permintaan jelang Natal. Itu tidak masuk akal. Karena orang kecil itu umumnya hanya punya tabung gas 3 kg hanya satu. Kalau habis satu, kemudian baru beli lagi. Nggak ada rakyat kecil stok gas," cetusnya.
Anggota Komisi VII DPR lainnya, Kurtubi juga mewanti-wanti kinerja Pertamina mendisÂtribusikan gas 3 kg bersubsidi tidak terpengaruh peluncuran bright gas.
"Mendistribusikan gas 3 kg merupakan penugasan negara dari hasil keputusan politik Pemerintah dan DPR, yang harus dilaksanakan," imbuhnya.
Namun demikian, Kurtubi mengaku, sejauh ini, pihaknya memadang positif rencana PerÂtamina meluncurkan bright gas 3 kg. Menurutnya, peluncuran tersebut bertujuan untuk memÂfasilitasi masyarakat yang ingin menggunakan gas non subsidi hanya saja dengan harga yang lebih terjangkau. Karena, saat ini antara harga elpiji 12 kg dengan 3 kg terlalu jauh.
Dia menuturkan, DPR dan pemerintah setiap tahun meÂnetapkan jumlah subsidi gas. Bright gas bisa menjadi solusi ketika permintaan lebih tinggi dari jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebelumnya, Direktur PeÂmasaran Pertamina Muchamad Iskandar memastikan pihaknya tidak mengurangi distribusi gas melon. Menurutnya, rencana Pertamina meluncurkan bright gas 3 kg sebagai alternatif untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gas.
Bright Gas Rp 33 RibuPertamina berencana melunÂcurkan bright gas 3 kg pada pertengahan tahun depan. Produk ini akan tampil dengan kemasan yang lebih menarik daripada gas melon.
Senior Vice President (SVP) Non Fuel Marketing PT Pertamina, Basuki Trikora memproyeksi harga bright gas 3 kg Rp 33.000 per tabungnya.
"Saat ini kita masih sama, harga per satuan kilonya dengan Bright Gas 5,5 kg. Per kg Bright Gas itu Rp 10.000 sampai Rp 11.000," kata Basuki dalam jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat (15/12).
Basuki menegaskan, pelunÂcuran bright gas bertujuan untuk membidik pangsa pasar kalangan mampu yang masih menggunaÂkan gas melon.
"Distribusi gas 3 kg bersubsidi terbuka, konsumen non subsidi juga tetap saja boleh beli. Nah itu yang akan kita sasar," pungÂkasnya.
Sebelum melakukan penjualan bright gas 3 kg, Pertamina beÂrencana melakukan uji coba penjualan di Tangerang Selatan dengan menyasar 200 kepala keluarga (KK). Hal ini dilakukan untuk melihat perilaku konÂsumen apakah berminat membeli elpiji 3 kg non subsidi. ***