Berita

Donald Trump/net

Dunia

Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Membahayakan Keamanan Dunia

SELASA, 05 DESEMBER 2017 | 18:52 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kalau Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, maka dia adalah negara pertama di dunia yang melakukan itu sekaligus melanggar sejumlah kesepakatan internasional.

Hal itu dikatakan Penasihat Indonesian Society for Middle East Studies, Smith Alhadar, dalam wawancara live bersama CNN Indonesia beberapa saat lalu.

Kesepakatan internasional yang dilanggar AS adalah Rencana Pembagian Palestina atau Resolusi 181 yang disetujui PBB pada 1947. Isinya pembagian Palestina dengan wilayah besar Yerusalem berada di bawah kendali internasional.


Selain itu, persetujuan damai di Oslo-Norwegia pada 1993. Isinya, segala urusan menyangkut Yerusalem harus lewat meja perundingan.

Karena itu, lanjut Smith, tidak heran jika begitu banyak pemimpin dunia yang mengecam rencana Trump mengaku Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Smith Alhadar menyatakan keputusan AS itu sangat berbahaya. Penguasa-penguasa di Timur Tengah dan di manapun di dunia ini pasti mengecam. Apalagi, Yerusalem bukan milik umat Muslim saja tetapi juga umat Kristen dunia. Sebagian rakyat Palestina juga terdiri dari umat Kristen yang menjaga gereja paling suci di sana. Mereka tentu tidak bisa menerima Yerusalem jatuh ke tangan Israel.

"Itulah sekarang kita melihat mengapa banyak negara di dunia menekan Trump karena akan timbulkan destabilisasi di Timur Tengah dan akan menjalar ke dunia Islam, termasuk Indonesia," jelasnya.

Dampak lanjutan yang ia takutkan adalah radikalisasi dunia Islam akan meningkat dengan tajam sehingga membahayakan keamanan dunia.

"AS tidak akan mendapat apa-apa (dari pengakuan tersebut)," jelasnya.

Lagi pula, tambah Smith, tidak ada urgensi bagi negara Yahudi itu untuk memiliki Yerusalem sebagai ibu kota mereka.

Kemungkinan terburuk lain yang disebut Smith adalah rusaknya hubungan Donald Trump dengan dunia Islam. Bahkan, kalau ada penguasa negara Islam mendukung langkah Trump maka dia berpotensi dijatuhkan oleh rakyatnya, dan diisolasi oleh dunia internasional.

"Kalau AS mementingkan kepentingan nasionalnya maka dia harus batalkan rencana itu," tekan Smith. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya