Para calon Ketua Umum Partai Golkar sebelum Munaslub 2016/net
. Para pinisepuh Partai Golkar, seperti Akbar Tandjung, Sarwono Kusumaatmadja, Fahmi idris dan kawan-kawan, didesak mengambil langkah menyelamatkan Partai Golkar dengan mencari figur ketua umum alternatif.
Saran itu disampaikan Kepala Sekolah Program Doktor Pascasarjana FISIP Universitas Nasional Jakarta, DR. TB Massa Djafar, dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu, di Jakarta.
TB Massa mengemukakan, semula ada anggapan bahwa setelah Setya Novanto ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maka persoalan Partai Golkar selesai. Selanjutnya, menyelesaikan polemik perlu tidaknya menggelar musyawarah nasional luar biasa (Munaslub).
Setelah rencana Munaslub mulai mengerucut seperti sekarang, muncul masalah baru yakni terjadinya persaingan tidak sehat antar dua faksi yang menghadapkan figur Plt Ketua Umum Golkar, Idrus Marham, dengan Korbid bidang Ekonomi DPP Golkar, Airlangga Hartarto.
Menurut TB Massa, kedua faksi mulai mengambil posisi adu dekat ke Presiden Joko Widodo. Faksi Idrus Marham keluar dengan janji akan mengusung dan memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019. Janji yang dapat dibaca sebagai serangan balik ke kubu Airangga Hartarto yang sudah terlebih dahulu bertemu dengan Jokowi.
Pinisepuh harus segera turun tangan sebelum terlambat. Ukurannya adalah Pilkada yang dilakukan secara serentak di 171 daerah di Indonesia pada Juni 2018. Pendaftaran pasangan calon sudah dibuka tanggal 1 Januari 2018.
“Pinisepuh harus sudah menyelesaikan Munaslub sebelum pendaftaran calon kepala daerah pada 1 Januari 2018, karena akan terkait dengan Pilpres dan Pileg 2019," tegas TB Massa.
Pendapat itu, secara terpisah, didukung oleh Koordinator PECI (Pemuda Cinta Partai Golkar), Syaifuddin. Dia mengatakan, pinisepuh Partai Golkar harus segera turun tangan menyelamatkan kemelut yang terjadi di internal Partai Golkar.
"Pinisepuh Partai Golkar harus turun tangan menyelamatkan Partai Golkar dengan menyodorkan figur alternatif, karena kedua figur (Idrus Marham dan Airlangga Hartarto) tidak mumpuni sebagai Ketua Umum Partai Golkar," terangnya.
Idrus Marham sudah dicap pro-status quo yang berkeinginan mempertahankan Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Apabila Partai Golkar dipimpin oleh Idrus Marham, akan sulit memperbaharui citra Partai Golkar yang terpuruk menyusul skandal korupsi Setya Novanto.
"Partai Golkar akan mengalami kesulitan bangkit pada Pemlu 2019 mendatang. Elektabilitas calon presiden yang dicalonkan Partai Golkar pada Pilpres 2019 mendatang bisa tergerus," kata Syaifuddin.
Sementara Airlangga Hartarto dikenal sebagai sosok intelek dan teknokrat, juga tidak mengakar di lapisan bawah. Sosok ketua umum seperti ini juga akan sulit mengembalikan citra Golkar.
"Yang dibutuhkan adalah sosok calon ketua umum yang memiliki jiwa petarung, tegas, berani mengambil risiko, dan kreatif. Tidak saja untuk menghadapi dan menyelesaikan friksi di internal, tetapi juga diperlukan untuk menggagas konsep terobosan guna mengembalikan citra baik Golkar," tutup Syaifuddin.
[ald]