. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari menyambut baik keputusan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Tengah, Daryana maju pada Pilkada Kota Palangkaraya 2018. Daryana menjadi calon wakil walikota berpasangan dengan Rizky Mahendra dari jalur independen.
"Saya senang sekali Daryana maju sebagai calon wakil walikota mendampingi Mas Rizky. Baru maju saja itu sudah membahagiakan, apalagi kalau jadi," kata Hajriyanto saat menyampaikan sambutan pada penutupan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah 2017 di Hotel Aquarius, Palangkaraya, Selasa malam (28/11).
Hajriyanto merasa senang karena akhir-akhir ini bahkan beberapa dasawarsa ini Muhammadiyah sangat sedikit melahirkan pemimpin. Padahal pemimpin itu lahir dari organisasi dan organisasi semestinya melahirkan pemimpin.
"Sangat aneh organisasi besar dan tua kok tidak melahirkan pemimpin. Muhammadiyah hanya melahirkan pemimpin Parsyarikatan (Muhammadiyah). Tentu Parsyarikatan penting. Harus ada yang menekuni Parsyarikatan. Tak terbayangkan kalau tak ada yang menekuni Parsyarikatan," ungkapnya.
Namun, dia mengingatkan, Muhammadiyah juga harus melahirkan pemimpin umat dan pemimpin bangsa. Diakuinya, memimpin umat tentu lebih kompleks dari memimpin parsyarikatan.
"Karena parsyarikatan relatif homogen, umat majemuk, aliran banyak banyak. Dan memimpin bangsa lebih majemuk lagi. Karena Indonesia sangat majemuk bhinneka, plural. Bahkan orang menyebut pluralisme di Indonesia mungkin yang paliglng plural di dunia," papar mantan Wakil Ketua MPR ini.
"Muhammadiyah harus melahirkan kepemimpinan di tiga ranah itu. Maka kalau ada yang tampil calon bupati, walikota, gubernur, apalagi presiden menunjukkan keberhasilan Muhammadiyah sebagai organisasi dalam melahirkan pemimpin," sambung Hajriyanto.
Menurutnya, kader Muhammadiyah yang terjun ke dunia politik kebangsaan itu mewarisi Ki Bagus Hadikusumo. "Kalau menjauhi politik itu tidak mewarisi semangat Ki Bagus Hadikusumo," ucapnya.
Ketua Umum Muhammadiyah periode 1944-1953 tersebut merupakan anggota parlemen ketika memimpin parsyarikatan tersebut. "Di antara angggota BPUPKI, dia yang paling berwibawa. Karena sedang memimpin organisasi besar bahkan terbesar saat itu. Peran Muhammadiyah itu super," ucapnya.
Bahkan kata dia, pada masa-masa kemerdekaan banyak sekali tokoh Muhammadiyah yang terjun ke politik kebangsaan. Selain Ki Bagus, juga Panglima Besar Jenderal Sudirman, Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat, yang menjadi cikal bakal dari DPR, Kasman Singodimejo, dan juga Kahar Muzakkir.
"Karena itu Muhammadiyah harus mendorong kaum muda untuk berpolitik," pungkas Hajriyanto.
[rus]