PT Angkasa Pura I (AP I) PerÂsero menggandeng Komite NaÂsional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Universitas DipoÂnegoro (Undip) untuk membuat pendeteksi sistem air pada lanÂdasan pacu (runway).
Kegunaan alat ini untuk mengecek ketinggian air di runway saat cuaca buruk.
Direktur Utama AP I Danang S Baskoro mengatakan, pihaknya mengajak para peneliti untuk merancang pembuatan alat yang berfungsi secara efektif saat terÂpasang di menara kontrol/ATC.
"Hadirnya alat ini mampu mengantisipasi roda pesawat tergelincir saat hujan lebat. Sistem pada alat dapat memberi sinyal kepada para pilot yang hendak melakukan pendaratan saat cuaca buruk melanda tiap bandara," kata Danang dalam keterangannya.
Bekas Dirut PT ASDP IndoneÂsia Ferry ini menjelaskan, nanti alat pendeteksi akan ditempatÂkan di bandara-bandara yang dikelola AP I. "Bisa dipakai semua airlines dan operator menara ATC. Tentu operasionalnya tergantung dengan jenis pesawatnya," ujar Danang.
Menurutnya, di Jawa Tengah selama setahun terakhir telah terjadi beberapa kecelakaan di runway. Bandara-bandara di Jawa Tengah memiliki potensi kecelaÂkaan yang tinggi karena kerap dilanda kabut tebal dan hujan.
"Di Jateng rawan kecelakaan karena banyak kabut tebal dan hujan. Ditambah lagi lokasinya banyak pegunungan yang mengÂganggu jarak pandang pilot," ungkap Danang.
Selain bermanfaat bagi operaÂtor bandara, kerjasama pengemÂbangan alat pendeteksi ini juga bagus untuk merangsang perÂguruan tinggi membuat alat keselamatan penerbangan.
"Tentu barangnya pasti murah namun kualitasnya lebih bagus. Kita akan bangun jaringan pasar penerbangan bersama peneliti kampus agar dapat diproduksi di dalam negeri," tegas Danang.
Sampai pertengahan SeptemÂber 2017, Angkasa Pura I memÂbukukan kenaikan pergerakan pesawat di seluruh bandara yang mereka kelola sebanyak 583 ribu pergerakan atau tumbuh 3,14 persen dibanding pergerakan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 565 ribu pergeraÂkan pesawat.
Sedangkan kargo justru tumÂbuh dua digit, yaitu sebesar 15,4 persen dengan total 295 ribu ton dibanding tahun 2016 lalu yang hanya mencapai 256 ribu ton. ***