Berita

Sergey Lavrov/net

Dunia

Rusia Nasihati AS Tentang Krisis Korea Utara Dan Kesepakatan Nuklir Iran

SABTU, 21 OKTOBER 2017 | 11:01 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengakui bahwa US Global Anti-Missile Shield atau Perisai Anti-Rudal Global milik Amerika Serikat di Eropa tetap menjadi masalah utama bagi Rusia maupun China.

Selama ini, Washington mengklaim bahwa perisai rudalnya yang disebar di Eropa dan Korea Selatan bertujuan untuk mengantisipasi ancaman dari negara-negara musuh. Tapi, pihak China dan Rusia memastikan bahwa sistem itu untuk menyembunyikan serangan nuklir mendadak terhadap mereka.

Berbicara dalam konferensi non-proliferasi di Moskow, Sergey Lavrov juga meminta dunia internasional mendukung peta jalan Rusia-China untuk menyelesaikan krisis Korea Utara.


Krisis itu terus meningkat tahun ini setelah perang kata-kata antara Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un .

Lavrov menegaskan bahwa tidak ada alternatif selain dialog dalam menyelesaikan krisis Korea Utara.

Menurutnya, Rusia tidak cuma mencemaskan ambisi nuklir Korea Utara, tetapi juga mengkhawatirkan peningkatan intensitas latihan militer AS dan Korea Selatan di Semenanjung Korea.

Selain itu, Lavrov mengatakan, penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 malah mengirimkan "sinyal yang mengkhawatirkan" mengenai mekanisme keamanan internasional dan dapat mempengaruhi situasi di semenanjung Korea.

Peringatan Rusia tersebut dikeluarkan beberapa jam setelah mantan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menyatakan kebijakan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran berisiko mengarahkan negara itu ke proliferasi nuklir dan sekaligus memperburuk perselisihan dengan Korea Utara.

Kerry, yang menjadi tokoh utama dalam kesepakatan antara Iran dan dunia internasional itu, menyatakan kecamannya terhadap Trump dalam sebuah ceramah di The Graduate Institute, Geneva.

"Jika Anda ingin bernegosiasi dengan Kim Jong Un, dan tujuan Anda adalah untuk menghindari perang dan mencoba untuk memiliki resolusi diplomatik, hal terburuk yang bisa Anda lakukan adalah, pertama, mengancam untuk menghancurkan Korea Utara dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Kerry, Kamis (19/10).

Ancaman Trump menghancurkan Korea Utara yang disampaikannya di Sidang Majelis Umum PBB, menurut Kerry hanya akan membuat Korea Utara semakin tidak percaya untuk membangun kesepakatan dengan AS. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya