1 Oktober 2017 sebuah Festival Musik Country di Las Vegas, USA menelan 59 korban nyawa dan lebih dari 500 korban luka akibat angkara murka yang diumbar oleh seorang penembak massal yang kurang jelas kewarasan batinnya. Tampaknya di Amerika Serikat, angkara murka penembakan massal sudah menjadi sejenis budaya.
Budaya
Sebelum Las Vegas, seorang penembak massal edan lainnya menewaskan 3 orang serta melukai 2 orang di San Fransisko 14 Juni 2014.
Seminggu sebelumnya, pada tanggal 7 Juni 2017 tiga orang tewas oleh peluru senapan penembak massal di Tunkhannock. 5 Juni lima orang tewas di Orlando, 12 Mei tiga orang tewas di Kirkesville, 18 April tiga orang tewas di Fresno, kemudian 6 Januari lima orang tewas dan enam terluka di Fort Laurderdale, semua terjadi pada tahun 2017.
Pada tahun 2016, 71 orang terbunuh dan 83 terluka akibat kebedebahan para penembak massal di Burlington, Baton Rouge, Dallas, Orlando, Heston, Kalamazoo. Statistik mengerikan itu terus berlanjut sampai dengan tahun 1982 di mana fakta membuktikan bahwa 722 nyawa telah terpaksa melayang dan 1.177 terluka akibat budaya angkara murka yang dilakukan oleh penembak masssal .
Bagi mereka yang bukan keluarga para korban, mungkin segenap angka itu sekadar statistik yang tidak menyentuh sanubari. Namun para keluarga korban jelas sangat prihatin atas budaya penembakan massal yang telah terbukti membinasakan ratusan warga tersebut.
Seharusnya Donald Trump juga perlu nerisaukan angkara murka penembakan massal yang dilakukan para warga Amerika Serikat non-Islam, di samping apa yang disebut sebagai terorisme Islam radikal.
Undang UndangSecara alasanologis memang dapat dikatakan bahwa masing-masing alasan para penembak massal melakukan angkara murka beranekaragam mulai dari gangguan kejiwaan sampai tanpa alasan yang jelas. Namun dapat diyakini bahwa selama Amerika Serikat masih secara legal memperkenankan para warganya memiliki senjata api seperti di zaman kejayaan para cowboy maka angkara murka penembakan massal akan tetap atau bahkan makin merajalela.
Selama pistol sampai senapan mesin masih bebas leluasa dimiliki oleh siapa saja termasuk mereka yang mengidap penyakit gangguan batin cenderung gemar membunuh sesama manusia maka korban nyawa akan lestari tetap berjatuhan seperti yang mutakhir terjadi di Las Vegas 1 Oktober 2017.
Pada hakikatnya dibutuhkan suatu keberanian untuk memaksakan UU yang tegas mengatur bahkan melarang kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil non-militer Amerika Serikat. Selama gaya cowboy ala John Wayne masih dikultuskan sebagai lambang keperkasaan kejantanan sejati bahkan secara dilindungi hukum maka silakan setiap warga termasuk para turis yang berkunjung di bumi Amerika Serikat senantiasa waspada siap siaga untuk jatuh sebagai korban pembinasaan yang dilakukan para penembak massal yang memang tidak mengerti makna kemanusiaan yang adil dan beradab akibat memang biadab.
[***]Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan