Berita

Gedung KPK/Net

Politik

Kasus BLBI Jangan Diacuhkan, KPK Harus Telusuri Aset Bos Gajah Tunggal

JUMAT, 06 OKTOBER 2017 | 07:41 WIB | LAPORAN:

Kelanjutan penanganan kasus dugaan kasus dugaan korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) masih terus dipertanyakan publik. Apalagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belakangan ini justru terlalu menghabiskan tenaga untuk penanganan kasus korupsi proyek pengadaan KTP-el.

Pakar hukum tindak pidana pencucian uang Yenti Garnasih menilai KPK seharusnya tidak berfokus pada kasus korupsi KTP-el saja. Sehingga kasus besar lain, seperti dugaan korupsi BLBI, tidak diacuhkan.

Terlebih KPK telah merinci kerugian negara dari kasus tersebut mencapai Rp 3,7 triliun. Itupun diprediksi bisa bertambah seiring proses penyidikan yang masih berjalan.


"Kalau sudah dinyatakan akan memproses BLBI pasti penyelidikan sudah berjalan dan sudah ada perkembangan," ujar Yenti kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (6/10).

Yenti menambahkan, demi mempercepat proses penyidikan, lembaga anti rasuah itu diminta untuk memeriksa pihak yang memiliki kaitan dengan aliran dana BLBI. Seperti menelusuri aset bos PT Gajah Tunggal, Sjamsul Nursalim yang merupakan obligor yang mendapatkan Surat Keterangan Lunas (SKL).

Namun demikian, hampir setengah tahun perjalanan kasus tersebut, KPK belum berhasil memeriksa pemilik saham Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) itu.

"Kasus ini sudah lama seharusnya segerakan prosesnya," ujar Yenti yang juga mantan Pansel pimpinan KPK itu.

Keterangan Nursalim diperlukan dalam penyelesaian kasus ini. Sebab, BDNI mendapatkan SKL dari Sjafruddin Temenggung, selaku Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional kala itu.

Penerbitan SKL dinilai janggal lantaran Sjamsul belum melunasi sisa utang sebesar Rp 3,7 triliun dari Rp 4,8 trilun. Sjamsul baru membayar Rp 1,1 trilun melalui aset tambak udang PT Dipasena di Lampung.

Sejauh ini, baru Sjafruddin yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Sjafruddin disangkakan telah melanggar pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU 20/2001 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya