Berita

Foto/Net

Bisnis

Rakyat Kecil Butuh Banget Stimulus Kerek Daya Beli

Bukan Politis, Data Penurunan Konsumsi Itu Fakta
KAMIS, 05 OKTOBER 2017 | 08:20 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah diharapkan tidak mempolitisir fakta penurunan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah. Sikap mengabaikan fakta akan menyulitkan kabinet kerja mengangkat ekonomi rakyat kecil.

Menteri Keuangan (Men­keu) Sri Mulyani mengakui, terjadi perlambatan daya beli masyarakat untuk kelas menengah. Namun demikian, ditegaskannya, konsumsi masyarakat masih tumbuh positif.

"Konsumsi masyarakat me­nengah tahun ini tumbuh 5,7 persen. Jika dibandingkan tahun lalu lebih lambat, yang mencapai 8 persen. Tapi masih positif naik," kata Ani, pang­gilan akrab Sri Mulyani, di Jakarta, kemarin.


Ani mengungkapkan, jika dilihat dari sisi penerimaan, pertumbuhan pajak dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) di kisaran 14 persen. Hal ini menggambarkan semua kegiatan ekonomi menunjukkan indikator positif. Apalagi, ada 4 juta penyerapan tenaga kerja pada kuartal kedua. Hal ini tentu memberikan pengaruh terhadap daya beli masyarakat.

"Presiden lihat semua infor­masi ini, dari statistik yang kami kaji secara teliti," terangnya.

Namun demikian, Ani mengatakan, untuk menjaga daya beli masyarakat, masih memerlukan kebijakan pemerintah seperti menjaga stabilitas harga ko­moditas strategis.

Sekadar informasi, Presiden Jokowi membantah daya beli masyarakat menurun. Dia me­nilai, isu penurunan daya beli dihembuskan untuk kepentingan politik 2019. Jokowi yakin, daya beli masyarakat bagus merujuk data pertumbuhan industri jasa kurir, peningkatan PPN, dan industri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Fi­nance (Indef) Bhima Yudhis­tira Adhinegara membantah bermuatan politis dalam mengkritisi soal penurunan daya beli masyarakat.

"Kami mengolah data dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan data pemerintah sejak 2014. Kalau data ini ditolak sama dengan mengabaikan fakta. Kita akui saja bersama (pelemahan daya beli). Kita gotong royong cari solusi, apa stimulus yang perlu diberikan untuk pelaku usaha dan masyarakat," ungkap Bhima.

Bhima menjelaskan, penu­runan daya beli terjadi pada kelompok masyarakat menengah ke bawah. Menurutnya, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, nilai tukar (tingkat kesejahteraan) petani turun 2,3 persen. Kemu­dian, upah buruh petani turun 4 persen. Hal ini mengindikasikan masyarakat menengah ke bawah, terutama di pedesaan, nggak punya uang sehingga mengu­rangi konsumsi.

Bhima mengatakan, untuk melihat daya beli, jangan hanya melihat konsumsi masyarakat perkotaan karena penurunannya tidak terlalu signifikan.

"Masalah di kelas menengah ke atas, mereka menunda belanja. Lebih memilih menyimpan uang di bank. Kenapa itu terjadi? Karena ekspektasi ter­hadap perekonomian kurang baik," cetusnya.

Selain penurunan pendapatan, Bhima mengatakan, indikasi penurunan daya beli juga ter­cermin dari kinerja sektor ritel. Penjualan ritel pada 2014 men­capai 20,6 persen, dan kini hanya tumbuh 5 persen.

Bhima tidak sependapat bila kinerja ritel rontok karena be­lanja masyarakat beralih ke sistem online. Sebab, porsi ritel online terhadap ritel nasional hanya 0,7 persen.

"Ada ritel online yang me­mang omzetnya naik 200 persen. Tetapi tidak mencerminkan kondisi ritel nasional secara keseluruhan," imbuhnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani meminta pemerintah mencermati daya beli kelas menengah ke bawah. Sebab, menurutnya, penurunan daya beli terjadi pada kelompok masyarakat tersebut.

Hariyadi berharap, pemerintah memberikan stimulus untuk mengerek daya beli kelas me­nengah ke bawah.

"Laporan produsen seperti Unilever dan Mayora, untuk ba­rang produksi konsumsi menun­jukkan penurunan penjualan," ungkap Hariyadi. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya