Berita

Soeharto/Net

Politik

Komparasi Orde Baru

MINGGU, 01 OKTOBER 2017 | 21:09 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

DAHULU, mudah bagi kita mengecam Pak Harto, TNI, dan Orde Baru. Sebabnya, komparasi yang di-inserted ke dalam otak kita adalah angan-angan. Pelakunya, ya liberal, komunis, CIA, agent Beijing dan sebagainya.

Orde Baru dibandingkan dengan surga dan utopia komunis, di mana masyarakat adil dan beradab, tanpa perang, gemah ripah loh jinawi, nggak ada orang miskin sekaligus nggak ada yang kaya. Pak Harto dibandingkan dengan seorang "benevolent monarch", seorang penguasa bijak yang dikirim oleh Dewata. Ya pasti kalah Pak Harto dan Orde Baru. Sayangnya, itu semua utopi, angan-angan, hayali, isapan jempol. Mestinya, saat itu, Orde Baru dikomparasi dengan Orde Lama. Pak Harto dengan Bung Karno. Baru, based on fact.

Sekarang, banyak ex mahasiswa '98 mengalami "understanding shifting". Dulu mereka terlibat gerakan reformasi. Anti Orde Baru. Jadi pion CIA, New Left, progresif dan tokoh-tokoh nasional haus kekuasaan.


Dulu itu, bahan bacaan kita kurang. Usia muda. Darah masih panas. Buktinya, jerawatan. Pengalaman terbatas. Jarang mikir. Yang penting: Lawan...!! Gampang dihasut, ditipu, dibohongin. Plus, di-imposed slogan: "Anti Orba itu keren". Makin menjadi-jadi kita. To be progressive is cool. Makanya di antara kita ada yang demen pake T-Shirt Che Guevara. Nggak taunya, Che Guevara pernah membunuh anak usia 14 tahun di Penjara La Cabana.

In total, di penjara itu, Che Guevara diperkirakan mengeksekusi sekitar 500 orang tahanan tanpa pengadilan.

Orang tua mana yang nggak elus dada bila anaknya mengidolakan Che Guevara. Alih-alih seorang freedom fighter, ternyata Che Guevara adalah penyeru kebencian. Dia pernah bilang, "Hatred as an element of struggle; unbending hatred for the enemy, which pushes a human being beyond his natural limitations, making him into an effective, violent, selective, and cold-blooded killing machine. This is what our soldiers must become…”

Nah, seperti itu tuh dulunya aktivis 98. Sekarang, sebagian dari kita mulai dewasa. Ada yang jadi anggota DPR, Gubernur, Walikota, Dirjen, Komisaris, buzzer atau dosen. Ada yang tetap jadi aktifis NGO. Sebagian lagi, balik arah. Jadi Pro Orde Baru. Mereka nyekar dan minta maaf ke makam Pak Harto.

Sekarang, bacaan kita komplit. Hampir matang. Pengetahuan sudah luas. Tambah bijak. Sekarang, komparasi nyata bisa dilakukan. Komunis, Progresif, Sosialist, nggak bisa lagi memakai utopi. Masa Orde Baru bisa diperbandingkan dengan rezim-rezim sesudahnya.

Era Habibie, Timor Timur lepas. Perang rasial pecah di Ambon. Zaman Gus Dur, ada jargon "Gitu aza repot". Seakan negara nggak mau puyenk. BUMN dijual dan swastanisasi terjadi saat Bu Mega berkuasa. Pas Pak SBY jadi presiden, taktik make-over, polesan, pencitraan mulai dilakukan. Zaman sekarang: No Comment deh. Takut dianggap makar.

Bagi saya, ada satu hal yang paling membedakan antara Era Pak Harto dan Masa Reformasi.

Dulu saat Pak Harto berkuasa, tidak ada satu pun taipan yang berani sama Pak Harto. Wibawa presiden dan seni bernegara (statecraft) masih ada. Pasca Pak Harto tumbang, negeri ini dikuasai konglomerat. Negara dikoptasi swasta. Dan itu, bagi saya, "ironic".

Tidak ada yang sempurna. Orde Baru dan Pak Harto juga begitu. Tapi bila dibandingkan dengan rezim-rezim sebelum dan sesudahnya, overall Pa Harto dan Orde Baru masih lebih baik. [***]

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Pernyataan Ferry Irwandi Sangat Tidak Etis dan Berbahaya

Minggu, 07 Desember 2025 | 23:55

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Dinas LH Harus Bertanggung Jawab Buntut Sopir Truk Meninggal Kelelahan

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Taiwan dan Omega Taiyo Bersinergi Perkuat Manufaktur Cerdas Indonesia

Senin, 08 Desember 2025 | 14:12

Prabowo Tambah Anggaran Bencana Provinsi Rp20 M dan Kabupaten Rp4 M

Senin, 08 Desember 2025 | 13:57

KPK Ngaku Miliki Kajian soal Dugaan Illegal Logging di Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:56

Menyingkap Sisi Politik di Balik Kenaikan Harga Beras

Senin, 08 Desember 2025 | 13:45

Cek Tanggul

Senin, 08 Desember 2025 | 13:38

PKB Seleksi Calon Ketua DPW Lewat Tes Berlapis

Senin, 08 Desember 2025 | 13:30

100 Musisi Gelar Konser Amal untuk Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 13:28

KPK Digugat Gegara Bobby Nasution

Senin, 08 Desember 2025 | 13:23

VinFast Gelontorkan Rp8,3 Triliun Bangun Pabrik Baru

Senin, 08 Desember 2025 | 13:22

Selengkapnya