PT Indonesia Power (IP) melakuÂkan pencatatan perdana sekuritiÂsasi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nama EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1-PiuÂtang Usaha (EBA DIPP1). Anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini menargetkan bisa kantongi dana Segar Rp 4 triliun.
Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani mengatakan, pada tahap pertama ini, perseroan mengumpulkan dana Rp 4 triliun. Hal ini sesuai dengan nilai EBA yang ditawarÂkan. "Nilai EBA yang ditawarÂkan sebesar Rp 4 triliun dengan aset dasar disekuritisasi adalah aset keuangan yang merupakan bagian dari piutang penjualan ketenagalistrikan PLTU (PemÂbangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya unit 1-4," kata Sri di Gedung Bursa Efek IndoÂnesia, Jakarta, Rabu (20/9).
Hadir dalam acara tersebut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama BEI Tito Sulistio, dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir.
Penerbitan EBA DIPP1 ini seiring dengan rencana strategis perseroan untuk melakukan sekuritisasi EBA sebanyak-banyaknya Rp 10 triliun, dan akan dilakukan secara bertahap hingga akhir 2018. Dana dari hasil sekuritisasi tersebut guna menutupi kebutuhan pembanguÂnan PLTU Suralaya dengan kaÂpasitas 2x1000 mega watt (MW) yang diperkirakan mencapai Rp 43 triliun. Jika dihitung maka kebutuhan ekuitas atas proyek tersebut sekitar Rp 12 triliun.
"Sementara kami 51 persenÂnya, jadi butuh Rp 6 triliunan. Tapi (sekuritisasi KIK EBA) kita ambil bertahap, Rp 4 triliun dulu, karena ini proyek multiyears," tuturnya.
Untuk KIK EBA DIPP1 aset dasar yang disekuritisasikan adalah aset keuangan yang merupakan bagian piutang penjualan ketenagalistrikan PLTU Suralaya 1-4 yang sudah beroperasi. Sementara untuk tahap selanjutnya, Sripeni telah menyiapkan beberapa piutang yang akan disekuritisasikan. Seperti dari PLTU Mulut TamÂbang di Sulawesi 2x100 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di wilayah Sulawesi sebesar 30 MW. "Itu untuk KIK EBA sisanya, yang Rp 6 triliun," tukasnya.
Sri menjelaskan, penawaran yang berlangsung pada 4-11 September 2017 itu mendapat sambutan positif dari investor. Sekuritisasi aset keuangan IP mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 2,7 kali, yaitu mencapai Rp 10,05 triliun dari target Rp 4 triliun yang terdiri dari penawaran umum EBA Kelas A Rp 3,688 triIiun dan penawaran terbatas EBA Kelas B Rp 312 miliar.
Sri mengungkapkan, keÂberhasilan ini tidak lepas dari dukungan PT PLN selaku pemegang saham Indonesia Power dan sinergi dengan berÂbagai pihak, yaitu Danareksa Investment Management sebagai Manajer-Investasi, Bank BRI seÂbagai bank kustodian, Danareksa Sekuritas sebagai Lead Arranger dan Selling Agent.
Selain itu, para agen penjual lainnya PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT BCA Sekuritas dan juga para profesi penunjang untuk mengupayakan pendalaÂman investasi melalui penerbitan instrumen pendanaan baru berÂbasis piutang di pasar modal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin NasuÂtion menilai, KIK EBA DIPP1 menarik lantaran produk terseÂbut memiliki banyak kelebiÂhan seperti tidak dikenakan pajak. "Kelebihan kedua bunganya 8,25 persen. Ini kalau banknya efisien cost of fund-nya paling 4 persen, ya menarik. KeÂnapa meledak jumlahnya karena itu," tuturnya.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyambut positif pencatatan tersebut. Masih ada banyak aset BUMN yang bisa disekuritisasi dan akhirnya berÂguna untuk mendanai proyek infrastruktur. "Bu Rini Soemarno (Menteri BUMN) masih punya banyak stok lagi. Tapi jangan lupa go public juga sahamnya ya," kata Tito. ***