PT Waskita Karya (Persero) Tbk masih melanjutkan proses divestasi saham ruas tol yang sempat terhenti. Kini, perseroan memiliki tiga opsi, salah satunya, IPO (Initial Public Offering) dengan skema menggabungkan kepemilikan saham di tujuh ruas tol Trans Jawa dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk melalui PT Jasa Marga Trans Jawa Tol.
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Choliq mengatakan, dari 18 ruas tol yang dimiliki, 7 di antaranya merupakan ruas tol Trans Jawa yang akan didivestaÂsikan, selambat-lambatnya pada semester pertama Tahun 2018.
"Dua minggu lalu kan divestaÂsinya terhenti, karena ketidakÂcocokan nilai. Sekarang masih dilanjutkan prosesnya. Ada tiga opsi yaitu mendapatkan strategic partner tanpa tender, IPO sendiÂri, atau IPO dengan ruas tol yang dimiliki Jasa Marga di Trans Java," jelasnya, di Jakarta.
Ia menjelaskan, pihaknya telah membicarakan rencana tersebut dengan Jasa Marga. Namun, kepastian waktunya masih belum diputuskan termasuk nilainya.
Menurutnya, IPO merupakan pilihan terakhir untuk mendiÂvestasikan kepemilikan saham pada ruas tol tersebut. Saat ini, pihaknya juga tengah mencari strategic partner untuk meÂnyegerakan proses divestasi.
"Kalau sampai semester perÂtama tahun depan belum juga dapat strategic partner, baru IPO. Saya maunya "mengawinkan" tuÂjuh ruas tol Waskita di Trans Java dengan yang dimiliki Jasa Marga. Jadi New Co dibentuk, Jasa Marga masuk, Waskita masuk. New co ini yang di-IPO-kan," bebernya.
Menurutnya, secara nilai, Jasa Marga akan menjadi maÂjority dalam kepemilikan New Co tersebut karena ruas tol Jakarta-Cikampek saja sudah besar nilainya.
Ia mengakui, lantaran belum berhasilnya proses divestasi tersebut, pihaknya terpaksa mengerem perolehan kontrak baru yang sifatnya turnkey (proyek talangan) dari semula Rp 70 triliun, menjadi Rp 60 triliun.
"Kontrak baru sampai dua minggu pertama di September sudah Rp 43 triliun. Tahun depan targetnya penjualan sampai Rp 50 triliun," katanya.
Ia menambahkan, dari diÂvestasi yang dilakukan anak usahanya, PT Waskita Toll Road itu pada 10 ruas tol, tujuh di antaranya di Trans Jawa, ditaÂmbah tol Becakayu (Bekasi- Cawang-Kampung Melayu), tol Medan-Kualanamu dan diharapÂkan bisa mendapat pendanaan sebesar Rp 20 triliun.
"Becakayu sendiri tinggi nilainya bisa 7 triliun untuk satu ruas itu. Desember selesai. Lalu ada Medan Kualanamu. Kalau yang 7 tol Trans Jawa itu nilainya bisa Rp 10 Triliun," katanya.
Pasalnya, perseroan memÂbutuhkan dana hingga Rp 120 triliun. Sekitar Rp 80 triliun akan dicari dari utang dan Rp 40 triliun dari ekuitas.
Sementara saat ini ekuitas Waskita baru mencapai Rp 22 triliun. Artinya, perusahaan ini masih harus mengejar Rp 18 triliun lagi tambahan ekuitas sampai tahun 2019 target peÂnyelesaian.
"Tapi, dengan atau tidak dilakuÂkannya divestasi, cash flow kami masih baik. Apalagi, tadi sudah ada pinjaman bank Rp 5, triliun, lalu tahun depan ada pembayaran piutang dari proyek turnkey sebeÂsar Rp 30 triliun," katanya.
Saat ini, perseroan tengah menyelesaikan proyek existing yakni 1.250 kilometer (km) jalan tol, proyek transmisi 500 kv sepanjang 700 km dan proyek LRT Palembang.
Adapun ruas tol yang akan didivestasikan Waskita di antaranya tujuh ruas itu antara lain Kanci-Pejagan (kepemiliÂkan Waskita Toll Road 100%), Pejagan–Pemalang (100%), Pemalang-Batang (60%), BaÂtang-Semarang (40%), Solo- Mantingan–Ngawi (40%), Ngawi–Kertosono (40%), dan Pasuruan–Probolinggo (80%).
Sedangkan tiga proyek lainnya di luar Trans Jawa yaitu Bekasi– Cawang–Kampung Melayu (60%), Medan–Kuala-namu– Tebing Tinggi (15%), dan Kayu Agung–Palembang- Betung (60%). ***