Satu per satu toko ritel mulai berguguran. Pengusaha mengungkap penyebabnya adalah turunnya jumlah pembeli. Industri ritel hidup segan, mati tak mau.
Wakil Ketua Umum AsoÂsiasi Pengusaha Ritel IndoneÂsia (Aprindo) Tutum Rahanta mengaku, industri ritel memang dalam tren penurunan. "Salah satu penyebabnya memang pemÂbeli yang sepi," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, minat masyarakat untuk berbelanja mulai menuÂrun sejak bisnis online mulai berkembang. "Tapi pengaruh jualan online tidak terlalu berÂpengaruh besar. Hanya perlu ada terobosan jika ingin tetap bertahan," katanya.
Namun, penutupan satu toko juga bisa jadi merupakan strategi pengusaha ritel untuk mengemÂbangkan gerainya di daerah lain. "Ini bisa termasuk strategi juga. Mungkin di daerah lain akan dikembangkan karena lebih baÂgus potensinya," tuturnya.
Tutum mengatakan, saat ini konsumen sangat beragam dan terÂus berubah. Perubahan itu terjadi baik dari sisi pendapatan maupun kebutuhannya. Hal ini yang harus diimbangi baik dari pusat perbeÂlanjaan maupun peritel.
Bagi pengusaha ritel, kata dia, ada pertimbangan bila inÂgin menyewa tempat di pusat perbelanjaan. Paling utama adalah terkait dengan traffic pengunjung yang bagus atau ramai didatangi. Selain itu, fakÂtor harga sewa yang wajar juga menjadi pertimbangan.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengungkapkan, indusÂtri ritel masih mampu bertahan di tengah situasi seperti apa pun. "Jadi, Matahari yang menutup dua tokonya tak serta-merta dapat dikaitkan karena bisnisnya tak mampu bertahan, begitu pun peÂrusahaan ritel lainnya," ujarnya.
Sekalipun kehadiran e-comÂmerce dinilai tak memberikan ancaman berarti, tapi perlu disadari bahwa industri ritel harus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi saat ini. "Jadi itu artinya kita harus mengikuti zamanlah ya, mengiÂkuti perubahan atau teknologi yang berkembang dan jaman yang berubah," tandasnya.
Ketua Umum Himpunan PeÂnyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo IduanÂsjah mengatakan, kondisi penÂgunjung pada masing-masing pusat belanja atau mal berbeda-beda. Biasanya, mal di lokasi tertentu saja yang masih mampu bertahan dan bisa menarik minat masyarakat untuk berkunjung.
"Mal yang sepi ada, yang raÂmai juga ada. Yang ramai secara keseluruhan mal yang lokasinya bagus. Tenant-nya juga brand-nya kuat sehingga tetap ramai," ujar dia.
Meski demikian, Budi tidak membantah jika secara umum saat ini kunjungan masyarakat ke pusat belanja cenderung menurun, terutama saat hari kerja. Hal ini tentu saja juga berdampak pada tenant di dalam pusat belanja tersebut.
"Secara umum mal kalau Sabtu-Minggu ramai. Hanya saja, saat ini hari biasa terjadi penurunan traffic dibandingkan dulu. Sehingga omzet yang dulu hari biasa lumayan, sekarang menurun," kata dia.
Hal Biasa Menteri Perdagangan EngÂgartiasti Lukita mengungkapÂkan, daya beli masyarakat tidak mengalami permasalahan berarti hingga menyebabkan beberapa ritel menutup gerai offline-nya. Adanya penutupan gerai pada sebuah mal adalah hal yang biÂasa dalam bisnis ritel. "Ada yang tutup ada yang buka, jangan dilihat hanya yang tutup. Yang tutup tentu ada alasannya. Saya punya gerai saya tutup misalnya, tapi saya buka di tempat lain," ujar Mendag.
Menteri Keuangan Sri MuÂlyani Indrawati menyatakan, akan mengobservasi tutupnya toko ritel. Pihaknya juga akan meneliti kemungkinan penyebab tutupnya ritel modern, termasuk kemungkinan karena perubahan pola konsumsi masyarakat.
"Kalau ada perubahan dari para retailer, entah itu dari sisi present atau kehadiran secara fisik versus kegiatan-kegiatan retailer yang lain, kami akan lihat saja di mana letaknya. Apakah ini menunjukkan perubahan dari pola masyarakat berkonsumsi dan lain-lain," kata Sri.
Meski demikian, terkait keÂmungkinan menjadi tanda-tanda lesunya ekonomi, Sri Mulyani mengatakan bahwa data perpajakan saat ini masih menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi positif. Bahkan pertumbuhannya lebih baik.
Sebelumnya, P TMatahari Department Store Tbk yang memutuskan untuk menutup dua gerainya di Pasaraya Blok M dan Manggarai pada akhir SepÂtember 2017. Tutupnya 2 toko tersebut disebut sebagai strategi bisnis perseroan. ***