Masuknya perusahaan asing beserta investornya pada indusÂtri kayu dan mebel memukul telak pelaku usaha furnitur di Indonesia. Jika kondisi ini terus didiamkan industri kayu dan mebel lokal akan hancur.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Jabodetabek Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Ade Firman mengatakan, masuknya invesÂtor asing ke Tanah Air bukan membuat industri lokal maju tapi malah terpuruk. Pasalnya, mereka datang untuk menaÂnamkan modalnya ke industri furnitur besar khususnya untuk perusahaan-perusahaan dari luar negeri.
"Mereka investor datang ke Indonesia nggak mau gabung sama kita, mereka juga ikut bikin usaha sendiri," kata Ade kepada Rakyat Merdeka usai konferensi pers The InternaÂtional Furniture ManufacturÂing Components Exhibition (IFMAC) dan Woodworking Machinery Exhibition (WOODÂMAC) di Bekasi, kemarin.
Kondisi ini, diakuinya, sudah berjalan dua tahun belakangan. Meski tidak menyebut angka pendapatan tapi secara kesÂeluruhan di Indonesia HIMKI mencatat penurunan ini sudah mencapai 50 persen. "Di berÂbagai daerah sudah parah, ada yang dulu orang tidak punya lalu sukses jadi pengusaha besar mebel, sekarang jadi susah lagi. Ada itu," tuturnya.
Bisnis kerajinan kayu dan mebel yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) ini, belakangan jumlahÂnya semakin berkurang. Banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena tidak mampu bertahan. "Sudah berkurang sekitar 30 persen mungkin lebih. Ada ribuan pelaku usaha, dari 2000 sekitar 300 sudah tutup bangÂkrut," akunya.
Kondisi diperparah ketika pasar dalam negeri justru lebih memilih produk dari perusahaan asing. Saat ini, kebanyakan masyarakat khususnya generasi muda cendÂerung memilih produk buatan perusahaan China karena faktor harga. "Saya pernah datang ke salah satu pusat perbelanjaan yang menjual khusus furnitur, saya beli meja sepaket cuma Rp 700 ribu kalau saya menjual seÂgitu mana bisa," keluhnya.
Menurut dia, pemerintah perlu memberikan bantuan modal agar perusahaan dalam negeri bisa membeli mesin modern agar mampu menciptakan produk tak kalah cantik dengan harga bersaing. "Kita perlu bantuan modal untuk membeli mesin modern dan program pelatihan agar hasilnya juga sesuai dengan minat pasar karena keunggulan kita hari ini hanya dari desain saja," harapnya.
Wakil Ketua Umum HIMÂKI, Abdul Sobur menegaskan, teknologi terbaik untuk furnitur akan meningkatkan kemamÂpuan pengusaha dalam negeri. Diharapkan pelaku usaha bisa dimudahkan mendapatkan akses permodalan agar mampu memÂbeli mesin furnitur tercanggih.
"Untuk mesin itu penting, sepÂerti mesin dari Eropa khususnya Jerman yang sudah diakui dunia dengan kemampuan digital bisa mempercepat juga untuk pabrik furnitur," jelas Sobur.
Dia mengatakan saat ini industri dalam negeri perlu meningkatkan tampilan desain agar bisa diserap pasar. Jika pasar lokal sudah menerima maka jumlah produksi juga akan meningkat. "Makanya di sini produsen produk akhir dalam negeri perlu berinvestasi dan implementasikan teknologi dunia pada system produksi mereka," katanya.
Sementara itu, General ManÂager PTWahana Kemala Niaga Makmur (Wakeni) Sofianto Widjaja menambahkan, akan menggelar pameran
The InterÂnational Furniture ManufacturÂing Components Exhibition (IFMAC) dan
Woodworking Machinery Exhibition (WOODÂMAC) ke 6 pada 27-30 SeptemÂber di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta. ***