Industri ritel dalam negeri dinilai masih enggan menjual produk-produk ramah lingÂkungan. Sebab, ritel masih sedikit menyediakan produk-produk ramah lingkungan.
Hal tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan Nielsen Indonesia terkait 'Persepsi Ritel dan Konsumen Terhadap Konsumsi BerkelanÂjutan' dari ritel baik lokal maupun nasional. Ritel dinilai masih senang menjual produk-produk yang biasa saja.
"Ritel mengetahui tentang produk ramah lingkungan, namun lebih fokus untuk menyediakan produk yang dianggap netral, yaitu produk yang dianggap legal namun belum tentu ramah lingkunÂgan," ujar Consumer Insight Qualitatife Researcher Nielsen Indonesia Taufik di Jakarta, Senin (18/9).
Menurut dia, ritel masih cenderung menyediakan baÂrang yang lebih banyak dicari dan memberikan keuntunÂgan. Bahkan, dalam menjual produknya disesuaikan denÂgan banyaknya permintaan. "Jadi sesuai permintaan konÂsumen, ritel menjual produk ramah lingkungan yang memiÂliki dampak langsung untuk konsumen, terutama dalam hal menghemat biaya, seperti lampu hemat energi," lanjut Taufik.
Director Consumer InÂsight Nielsen Survei Hety Riatno mengatakan, secara umum produk ramah lingÂkungan dianggap cenderung lebih berisiko mahal sehingga memiliki balik modal yang lama. Sesuai sifatnya yang organik, produk tersebut juga dianggap memiliki usia yang pendek dan diproduksi hanya dalam jumlah kecil.
"Perusahaan ritel masih taÂkut produk ramah lingkungan ini kurang menjual. Mereka juga belum memahami prakÂtik bisnis berkelanjutan serta persepsi ritel mengenai risiko penjualan produk ramah lingÂkungan," ujarnya.
Survei dilakukan terhadap empat ritel nasional dan 14 ritel lokal. Ritel yang dipilih pun ialah yang mendistribusiÂkan produk berbahan baku minyak kelapa sawit, makanan laut dan kayu di dalam toko. Survei dilakukan mulai dari 26 Juni hingga 14 Juli 2017, dengan mempertimbangkan ritel yang telah beroperasi selama 8 tahun.
Nielsen dan WWF-IndoÂnesia juga telah melakukan survei perihal minat pubÂlik terhadap produk ramah lingkungan. Sebanyak 63 persen konsumen bersedia mengonsumsi produk ramah lingkungan, meski harganya terus melambung. "Hasil surÂvei persepsi menunjukkan pemahaman dan kesadaran konsumen Indonesia yang membaik mengenai konsumsi produk ramah lingkungan," lanjut Hety. ***