Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta di Jalan Diponegoro no. 74, Jakarta, disÂerbu ribuan orang pada Minggu (17/9) malam hingga Senin (18/9) dini hari.
Penyebabnya, kegiatan seni yang berlangsung di kantor tersebut pada Minggu sore hingÂga larut malam disinyalir berbau komunis. Sebelumnya, YLBHI berencana menggelar diskusi pelurusan sejarah peristiwa 30 September yang lebih dikenal dengan istilah 30S PKI.
YLBHI menyatakan tidak ada acara yang berbau komunis di kantornya. Ketua Umum YLBHI, Asfinawati menyataÂkan, tuduhan di kantornya ada penyelenggaraan acara memÂbangkitkan komunis sudah keÂterlaluan.
"Jelas ini hoax atau berita-berita bohong, propaganda tuduÂhan yang mengada-ada telah diviralkan, instruksi-instruksi untuk menyerang LBH dilakuÂkan secara sistematis dan meluas bahwa ini acara PKI," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Dijelaskan Asfinawati, acara
'Asik Asik Aksi' yang berlangÂsung pada Minggu sore dilakuÂkan dalam rangka keprihatinan atas pembubaran acara Seminar Sejarah 1965 yang semula diÂlaksanakan di LBH Jakarta. Acara tersebut diisi penampilan seni, puisi, dan menyanyi dalam rangka keprihatinan atas pemÂbubaran seminar.
"Tuduhan menyanyikan lagu genjer-genjer dan lain-lain, sama sekali tidak ada. Kami khawatir ini ditunggangi oleh pihak-pihak yang menghendaki chaos dan rusuh," kata Asfin.
Ketua Bidang Advokasi YLBHI, Muhammad Isnur mengatakan, massa yang menyerang kantor YLBHI meneriakÂkan 'gebuk, gebuk, gebuk saja'. Kata tersebut diviralkan oleh Presiden Jokowi saat menangÂgapi isu kebangkitan komunis.
"Kata 'gebuk' itu dapat diÂmanfaatkan orang-orang yang memanfaatkan kepentingan pragmatis dan memanfaatkan kata itu untuk memprovokasi," sebutnya.
Pihaknya kecewa, tindakan massa yang merusak kantor YLBHI menunjukkan pengabaianterhadap eksistensi YLBHI sebagai lembaga bantuan hukum yang selalu menyuarakan hak-hak masyarakat.
"Apalagi ini YLBHI pusat. YLBHI pusat saja sudah sepÂerti ini, bagaimana nantinya YLBHI di daerah-daerah lain? Ini dengan sendirinya mereka menyerang masyarakat miskin dan sipil," ujar Isnur.
Sementara itu, Ketua Komnas Perempuan, Azriana mendorong pengusutan kasus penyerangan kantor YLBHI dan LBH Jakarta secara tuntas. "Saya pikir ketika masalah ini tidak diusut tuntas maka hal serupa akan terjadi nantinya," katanya.
Diterangkannya, ada tiga poin yang menjadi landasan utama Komnas Perempuan berkaitan dengan peristiwa tersebut. Pertama, Komnas Perempuan meminta semua pihak bersikap kritis atas berita mauÂpun informasi yang menyulut kebencian melalui isu-isu keÂbangkitan PKI.
Kedua, Komnas Perempuan meminta aparat penegak huÂkum segera mengusut tuntas kasus penyerangan gedung LBH Jakarta sekaligus meÂminta pertanggungjawaban daripihak-pihak yang terlibat melalui proses hukum.
Terakhir, pihaknya ingin peÂmerintah, khususnya pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan perbaikan pada gedung YLBHI dan LBH Jakarta yang mengaÂlami kerusakan. ***