. Hampir satu tahun berselang, polisi belum juga mengungkap kasus kematian Prasetyo, seorang pegawai negeri sipil (PNS) Direktorat Jenderal Pajak yang ditemukan tewas di kediamannya pada 21 September 2016.
Guntoro, adik kandung Prasetyo menilai proses pengungkapan kasus ini terkesan lamban. Padahal sejumlah bukti telah didapat, seperti bekas luka yang ditemukan dalam jasad korban.
"Padahal ada bukti luka jeratan atau cekikan di bawah dagu, serta berbagai kejanggalan lainnya," kata Guntoro kepada wartawan, Sabtu (16/9).
Guntoro menjelaskan bahwa luka cekikan itu diduga berasal jeratan ikat pinggang yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP). Selain itu, ada juga sejumlah luka lebam yang diduga akibat pukulan benda keras pada jasad Prasetyo.
"Daun telinga kiri rusak dan berwarna biru lebam seperti kena pukulan benda keras. Begitu juga dengan daun telinga sebelah kanan dalam," jabarnya.
Prasetyo meninggal pada 21 September 2016 di lantai dua kediamannya di Perumahan Bumi Permata Indah, Ciledug, Kota Tangerang. Diduga pria asal Semarang itu dibunuh.
Pihak keluarga telah melaporkan peristiwa ini ke Polsek Metro Ciledug dengan Laporan Polisi (LP) Nomor B/1.067/IX/PMJ/RestroTng. Kota/sektor Ciledug, pada 24 September 2016.
Namun penanganan petugas dinilai lamban. Contohnya, permohonan otopsi yang memakan waktu lama hingga akhirnya dikabulkan.
"Selasa 21 Februari 2017 otopsi baru dilakukan di pemakaman Gadog atau Makam Keramat Mataram, Jalan Raya Kedoya Raya, Jakarta Barat, oleh dokter RS Polri Kramat Jati. Jadi kurang-lebih 5 bulan setelah kematian baru diotopsi," ungkapnya.
Sementara hasil resmi otopsi baru keluar pada Agustus 2017. Itupun tidakmengungkap penyebab kematian korban. Sebab jenazah korban telah membusuk hingga membuat dokter kesulitan mengetahui latar belakang kematian Prasetyo.
Guntoro berharap kepolisian terus melanjutkan proses pengungkapan penyebab kematian korban. Ia meminta penyidik untuk mencari alternatif barang bukti lain dan tidak hanya mengandalkan hasil otopsi yang gagal.
"Sebenarnya sudah cukup banyak bukti-bukti baik melalui video atau foto, yang menunjukkan adanya ketidakwajaran dari kematian kakak saya," tandas Guntoro.
[rus]