Berita

Militer Bangladesh/defencebd

Dunia

Pelanggaran Wilayah Udara, Bangladesh Ancam Myanmar

SABTU, 16 SEPTEMBER 2017 | 16:40 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Di tengah ketegangan hubungan akibat arus pengungsi Rohingya, Bangladesh kembali menuduh Myanmar melanggar kedaulatan wilayah udara mereka.

Bangladesh memperingatkan, jika militer Myanmar kembali melakukan pelanggaran wilayah udara maka akan ada konsekuensi yang diterima mereka.

Diberitakan Reuters, Bangladesh menuduh pesawat tempur dan helikopter Myanmar telah melanggar ruang udara mereka sebanyak tiga kali, pada 10, 12 dan 14 September.


Pemerintah Bangladesh juga telah menghubungi seorang pejabat tinggi Kedutaan Besar Myanmar di Dhaka untuk mengeluhkan insiden itu. Myanmar dituntut segera melakukan tindakan yang memastikan pelanggaran kedaulatan semacam itu tidak terjadi lagi.

Jurubicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, mengatakan bahwa dia tidak memiliki cukup informasi mengenai insiden yang dikeluhkan Bangladesh itu. Namun, dia berjanji bahwa Myanmar akan memeriksa informasi yang diberikan oleh Bangladesh.

"Kedua negara kita menghadapi krisis pengungsi. Kita perlu berkolaborasi dengan pemahaman yang baik, "katanya kepada Reuters.

Sejauh ini, Bangladesh sudah menampung lebih dari 400.000 pengungsi Rohingya yang menyeberang dari Myanmar. Warga Rohingya sendiri tidak diakui sebagai warga negara oleh pemerintah Myanmar.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Dewan Keamanan PBB sudah mendesak Myanmar untuk mengakhiri kekerasan yang lebih tepat digambarkan sebagai pembersihan etnis.

Tetapi, Myanmar juga menolak tuduhan tersebut. Mereka mengatakan bahwa pasukan keamanannya hanya melakukan operasi pembersihan untuk menghadapi pemberontak Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap pos jaga polisi dan kamp tentara Myanmar pada 25 Agustus.

Bangladesh sudah meminta semua pengungsi untuk kembali ke Myanmar. Sedangkan pemerintah Myanmar mengatakan akan membawa kembali pengungsi yang dapat membuktikan kewarganegaraan Myanmar. Padahal, mayoritas warga Rohingya yang melarikan diri tidak memiliki kewarganegaraan.

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, berangkat ke Majelis Umum PBB pada hari ini. Di sana dia akan meminta tekanan internasional agar Myanmar membawa semua pengungsi kembali setelah menghentikan "pembersihan etnis". [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya