Ledakan di kereta listrik bawah tanah atau Tube London berasal dari bom rakitan tangan. Bom itu meledak di dekat stasiun Parsons Green, barat daya London, pada jam sibuk sehingga melukai 22 orang penumpang.
Laporan itu disampaikan Kepolisian London beberapa saat lalu, dikutip Reuters. Pemerintah Inggris sudah menganggap insiden itu sebagai serangan terorisme.
Ledakan terjadi pada pukul 8.20 pagi waktu setempat. Seorang petugas kesehatan menyatakan tidak ada korban dengan luka serius dari insiden itu. Beberapa dari mereka menderita luka bakar serius.
Perwira dinas kontra-terorisme Inggris, Mark Rowley, menolak untuk menjawab ketika ditanya apakah pihaknya sudah mengetahui identitas pelaku atau pembuat bom. Dia juga tidak memastikan dugaan yang menyebut pelaku berada di dalam kereta sampai bom itu meledak.
Sejauh ini yang menjadi sorotan media dan publik adalah dugaan bahwa bom itu ada di dalam ember putih yang terbungkus tas belanja. Bom itu tidak menimbulkan kerusakan berarti di gerbong Tube.
Menanggapi insiden, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, langsung menjadwalkan sebuah pertemuan komite tanggap darurat Inggris pada Jumat siang.
Menteri Luar Negeri, Boris Johnson, mengatakan bahwa warga London harus tetap tenang dan melanjutkan hidup mereka seperti biasa.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut mengomentari kejadian itu lewat Twitter. "Serangan lain di London oleh seorang pecundang teroris. Ini adalah orang-orang sakit dan gila yang berada dalam pengamatan Scotland Yard. Harus proaktif!," tulisnya.
Dalam tiga tahun terakhir, London cukup "akrab" dengan serangan teroris. Pada tahun 2005, 52 orang terbunuh saat empat orang teroris berkebangsaan Inggris melakukan serangan bom bunuh diri di tiga kereta bawah tanah London dan sebuah bus tingkat.
Pada bulan Maret tahun ini, seorang pria mengemudikan mobil ke arah pejalan kaki di Jembatan Westminster London dan membunuh empat orang, sebelum menikam seorang polisi sampai mati di luar gedung parlemen.
Pada Mei tahun ini juga, sebanyak 22 orang tewas akibat bunuh diri di sebuah konser pop di Manchester. Bulan berikutnya, tiga orang teroris menyerang orang-orang di restoran dan bar terdekat di Jembatan London dan menewaskan delapan orang.
Pada bulan Juni, sebuah pengemudi van menyerang kumpulan umat Islam di dekat sebuah masjid di London utara, mengakibatkan satu orang tewas.
[ald]