Berita

Foto: RMOL Jabar

Nusantara

Dedi Mulyadi: Kita Kurang Waspada, Kurang Sadar Budaya, Maka Radikalisme Muncul

KAMIS, 14 SEPTEMBER 2017 | 15:33 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut sikap kurang waspada dan kurang sadar akan budaya sendiri menjadi akar kemunculan radikalisme dan intoleransi di Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Dedi dalam Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Kewaspadaan Nasional yang digelar di Bale Maya Datar, Kompleks Sekretariat Daerah Purwakarta, Kamis (14/9).

Dedi mengaku melihat fenomena warga bangsa yang kesulitan untuk memberantas paham yang merusak tata kehidupan kebangsaan.


"Ini karena kita kurang waspada sehingga paham radikalisme dan intoleransi yang bermunculan itu sulit kita counter. Kita harus bersatu untuk mengcounter itu semua agar bangsa tidak terjebak ke dalam konflik dan sengketa paham," jelas Dedi, dikutip RMOL Jabar.

Selain sikap kurang waspada, sikap kurang sadar terhadap pentingnya kebudayaan bangsa sendiri disebut sebagai penyebab utama. Masyarakat Indonesia yang terkenal "guyub" kini lebih bersikap individualis.

"Kita jujur sajalah, kemunculan paham tersebut bukan hanya datang dari luar tetapi bibitnya karena sikap individualitis yang kita miliki. Akibatnya, saat menerima informasi, kita tidak ber-tabayyun dulu, langsung saja kita konsumsi informasi yang beredar itu," jelasnya.

Dedi mencontohkan kultur masyarakat pedesaan yang hari ini tercabut dari akarnya. Tokoh masyarakat di desa, yang biasanya menjadi rujukan berbagai informasi, kini mulai ditinggalkan karena masyarakat desa beralih menggunakan media sosial.

"Paham-paham yang tidak sesuai dengan kultur dulu masih bisa difilter oleh para tokoh di desa. Sosok mereka mampu menggerakan masyarakat untuk bergotong-royong dan berswadaya. Kini itu sulit kita temukan," ujarnya.

Dedi pun menyerukan penguatan kultur "budaya ketimuran" untuk menangkal perkembangan radikalisme dan intoleransi. Kultur ini harus bertransformasi menjadi perilaku dalam kehidupan warga masyarakat sehari-hari.

"Kalau tidak ingin paham ini tumbuh subur, maka jati diri kultur kita harus diperkuat. Jangan mengubah kebudayaan Indonesia, kita Indonesia dan seterusnya akan tetap menjadi Indonesia," tegas Dedi. [ald] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya