Berita

Foto: Net

Dunia

Korea Utara: Sanksi Dan Tekanan AS Telah Mencapai Fase Sembrono

SENIN, 11 SEPTEMBER 2017 | 17:58 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) menyebut sanksi dan tekanan Amerika Serikat sudah mencapai fase yang sangat sembrono.

"Sanksi dan tekanan dari AS untuk menghapus kedaulatan DPRK (Democratic People's Republic of Korea) dan hak atas keberadaannya, telah mencapai fase yang sangat sembrono," begitu pernyataan yang disiarkan KCNA, pada hari ini (Senin, 11/9).

Kemenlu Korea Utara menyebut AS sedang panik menggagas "resolusi sanksi" paling keras terhadap negara mereka, dengan memanipulasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).


Ditegaskan bahwa DPRK telah mengembangkan dan menyempurnakan termonuklir super kuat. Tujuannya adalah mencegah pergerakan musuh dan ancaman nuklir yang terus meningkat dari AS.

Namun, alih-alih membuat pilihan yang tepat berdasarkan analisis rasional terhadap situasi keseluruhan, AS malah menjadikan tindakan berdaulat dari DPRK itu sebagai alasan untuk "mencekiknya".

Kementerian Luar Negeri DPRK menekankan, pihaknya tidak akan hanya diam ketika AS menunjukkan sifat "binatang haus darah" yang terobsesi dengan mimpi liar membatalkan pembangunan kekuatan nuklir DPRK yang telah mencapai tahap penyelesaian.

"DPRK dengan cermat mengamati langkah-langkah AS dengan kewaspadaan. Jika AS akhirnya menyelesaikan resolusi ilegal dan tidak sah atas sanksi yang lebih keras, DPRK harus benar-benar yakin bahwa AS harus membayar harga yang pantas," tegas Kemenlu DPRK.

Pernyataan tersebut juga memastikan bahwa langkah-langkah balasan yang akan diambil oleh DPRK bakal menyebabkan penderitaan terbesar sepanjang sejarah AS berdiri.

"Dunia akan menyaksikan bagaimana DPRK menjinakkan gangster AS dengan melakukan serangkaian tindakan lebih keras daripada yang pernah mereka bayangkan," tegas Korea Utara.

AS pun diminta menyadari, selama mereka bertahan dengan cara konfrontasi politik, ekonomi dan militer sebagai tanggapan atas rentetan peringatan keras militer Korea Utara, maka AS tidak akan bisa menghindari kepunahan permanennya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya