PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero kembali meÂnandatangani Power Purchase Agreement (PPA) atau konÂtrak jual-beli listrik dengan 11 pengembang energi baru terbaruÂkan (EBT). Total kapasitas yang akan dibeli PLN dari 11 pemÂbangkit yang dibangun pengemÂbang swasta tersebut mencapai 291,4 Megawatt (MW).
Dari total kapasitas, sebanyak 52,4 MW berasal dari PembangÂkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) dan 239 MW sisanya berupa Pembangkit Listrik TenÂaga Air (PLTA).
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, penandatanÂganan jual-beli listrik bersama dengan 11 pengembang energi terbarukan ini merupakan lanÂjutan dari kontrak jual-beli listrik PLN bersama dengan 53 pengembang energi yang sebelÂumnya telah dilakukan.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, penandatanÂganan jual-beli listrik bersama dengan 11 pengembang energi terbarukan ini merupakan lanÂjutan dari kontrak jual-beli listrik PLN bersama dengan 53 pengembang energi yang sebelÂumnya telah dilakukan.
"Sebelumnya, 11 produsen listrik ini batal ikut serta meÂnandatangani kontrak jual-beli listrik, dan baru bisa terealisasiÂkan sekarang," kata Sofyan di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jakarta, (08/09/).
Sofyan menjelaskan, sebagian besar proyeknya berlokasi di wilayah Sumatera Utara. Adapun 11 pembangkit yang baru ditanÂdatangani adalah PLTM Aek Sibundong (8 MW) di Sumatera Utara, PLTM Aek Situmandi (7 MW) di Sumatera Utara, PLTM Aek Sigeaon (3 MW) di SumatÂera Utara, PLTM Sisira (9,8 MW) di Sumatera Utara, PLTM Batang Toru 4 (10 MW) di Sumatera Utara dan PLTM Bayang Nyalo (6 MW) di Sumatera Barat
Selain itu, dibangun juga PLTM Batu Brak (7,7 MW) di Lampung, PLTM Kunci Putih (0,9 MW) di Jawa Tengah, PLTA Air Putih (21 MW) di Bengkulu, PLTA Pakkat (18 MW) di SumatÂera Utara dan PLTA Buttu Batu (200 MW) di Sulawesi Selatan.
Dirinya berharap, PLN bisa mencapai target pelaksanaan PPA sebanyak 1.300 MW pembangkit EBT hingga akhir tahun. Total penandatangan jual beli listrik EBT sampai saat ini telah lebih dari 700 MW. Jumlah tersebut di luar pembangkit gheotermal.
"Artinya, masih ada sisa 400 MW agar target tercapai di akhir tahun. Saat ini, sudah ada beberapa pembangkit yang siap dilakukan penandatanganan PPA-nya sebesar 200 MW hingÂga 300 MW. Dalam dua bulan ini saja sudah lumayan banyak yang melakukan PPA," ungkapnya.
Berdasarkan Rencana UsaÂha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN2017 hingga 2026, pemerintah berharap bisa meningkatkan bauran energi dari posisi akhir 2016 sebesar 11,9 persen menjadi 22,4 persen di tahun 2026. Untuk itu, akan ada tambahan pembangkit berbasis EBT sebesar 21,6 Gigawatt (GW) dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.
Menteri ESDM Ignasius JoÂnan mengatakan, pengembanÂgan energi baru terbarukan ini merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk mengurangi polusi udara.
"Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi polusi atau mempertahankan supaya tidak parah. Melalui RUEN (RenÂcana Umum Energi Nasional) dan KEN (Kebijakan Energi Nasional), kita akan berusaha bauran energi terbarukan hingga 23 persen di tahun 2026, ini sekarang sudah 11-12 persen dan kita akan coba semaksimal mungkin," terangnya.
Jonan menilai bahwa harga EBT ke depannya akan semakin kompetitif dengan energi konÂvensional. Dengan demikian, diharapka semakin banyak yang berminat mengembangkan EBT. Bekas Bos PT Kereta Api IndoneÂsia (Persero) itu juga mengatakan, pembangkit EBT memanfaatkan angin, aliran air maupun panas bumi untuk menciptakan energi, sehingga tidak perlu diimpor.
"Itu enggak perlu impor, kayÂak angin, air itu kan walaupun lewati batas negara tidak kena (biaya) impor. EBT juga akan cepat turunnnya, dalam waktu yang singkat EBT bisa bersaing tarifnya dengan fosil energi. Bisa bersaing lah, ini turunnya kaya elektronik," tegas Jonan. ***