Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengaku sudah memprediksi pemerintah akan menurunkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Konsumsi mengalami penuÂrunan, neraca perdagangan awalnya surplus kembali deÂfisit pada bulan Juli, industri pengolahan tumbuh melambat pada triwulan kedua, dan perÂtumbuhan realisasi investasi yang masih di bawah ekspekÂtasi. Kondisi itu membuat kami yakin pemerintah akan menuÂrunkan target," kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, baru-baru ini.
Namun demikian, menurut Bhima, pemerintah masih punya banyak cara mencapai target pertumbuhan ekonomi. Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan.
Pertama, menjaga daya beli masyarakat. Dia menyarankan pemerintah memaksimakan penyerapan bantuan sosial. Selain itu, tidak membuat kebijakan pajak yang agresif kepada wajib pajak kecil.
Kedua, menciptakan iklim usaha yang nyaman sehingga bisa mendongkrak kinerja sektor bisnis. Hal ini tentu bisa terwujud bila pemerintah meningkatkan komunikasi dengan pelaku usaha untuk mengeÂtahui kebutuhan-kebutuhan dunia usaha.
Ketiga, menggenjot realisasi investasi. Untuk mendorongnya, Pemerintah harus bisa cepat memperbaiki proses perizinan dan gencar promosi di luar negeri. Dan, keempat, memanfaatkan kenaikan harga komoditas, seperti minyak sawit (
crude palm oil/CPO) dan batu bara.
"Kenaikan harga komoditas merupakan momentum untuk mengerek kinerja ekspor. Ini bisa dilakukan dengan mencari pasar alternatif untuk memperÂluas pasar," katanya.
Seperti diketahui, belum lama ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani IndraÂwati menyebutkan, sampai akhir tahun, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini hanya sampai 5,17 persen.
"Dalam prognosis 2 kuartal ke depan, dari Kementerian Keuangan kita melihat
downÂside dan
upside yang optimisÂtis 2017 kita mendekat 5,17 persen sampai akhir tahun," ujarnya.
Meskipun diturunkan, lanÂjutnya, tidak mudah mencaÂpainya. Ada beberapa catatan yang harus dicapai. Antara lain, konsumsi rumah tangga di semester II harus mencapai 5 persen.
Menurutnya, daya beli masyarakat sejauh ini daÂlam kondisi stabil. Dan tidak mengalami kontraksi seperti yang disebut-sebut berbagai kalangan. Sampai saat ini, dia yakin, konsumsi rumah tangga masih cukup mampu meningÂkatkan ekonomi.
Selain konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani menyebutkan, kontribusi investasi sepanjang 2017 harus mencapai 5,2 persen.
Untuk mencapai level tersebut, lanjutnya, kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang semester II harus 5,4 persen. Hal itu dikarenakan pada semester I hanya 5,1 persen.
Meski begitu, bekas direkÂtur pelaksana Bank Dunia ini mengakui kontribusi dari sektor investasi sangat berat. Apalagi menurut data perbankan penyaluran kredit untuk dunia usaha diperkirakan melambat tahun ini. ***