Berita

Tolak Hoax/net

Nusantara

Masyarakat Indonesia Mudah Percaya Hoax Akibat Rendahnya Edukasi Medsos

MINGGU, 27 AGUSTUS 2017 | 05:02 WIB | LAPORAN:

Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Astari Yanuarti menilai salah satu faktor yang menjadikan informasi hoax dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat adalah rendahnya edukasi mengenai penggunaan media sosial.

Astari menjelaskan, sebelum perkembangan teknologi, informasi hoax ini berkembang dari mulut ke mulut. Hal tersebut membuat penyebaran informasi hoax terbatas dan hanya dapat diterima oleh kalangan tertentu. Namun seiring perkembangan teknologi informasi, informasi hoax mudah menyebar keseluruh lapisan masyarakat. Disatu sisi, perkembangan teknologi informasi tersebut tidak dibarengi dengan edukasi.

"Ada ketimpangan yang sangat jauh, itulah sebabnya negara kita sangat mudah terkena hoax, walapun ada juga negara yang tingkat literasinya tinggi masyarakatnya temakan informasi hoax juga," ungkap Astari saat diskusi bertajuk "Bisnis dan Politik Hoax?" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).


Astari menambahkan, pemerintah memiliki tugas untuk mengisi slot kosong mengenai literasi dalam penggunaan media sosial. Hal tersebut untuk meminimalisir praktik penyebaran informasi hoax tidak terus bertumbuh, baik di media internet maupun di media sosial. Apalagi dalam catatannya pengguna internet pada tahun 2017 telah mencapai 187 juta pengguna dari 260 juta warga Indonesia.

Menurutnya peningkatan kemampuan literasi dianggap penting, khususnya bagi para remaja. Sebab, kebanyakan pengguna internet berasal dari kalangan usia muda. Menurutnya, jika sejak dini edukasi mengenai dunia maya telah diberikan, kesadaran kritis terhadap informasi hoax yang tersebar di media internet maupun media sosial bisa terwujud.

Terlebih penyebaran informasi hoax bisa dilakukan dari luar Indonesia. Astari mencontohkan fakenews atau berita hoax saat Pemilihan presiden Amerika Serikat diproduksi oleh remaja dari negara Makedonia.

"Yang membuat fake news di masa kampanye presiden Amerika Serikat itu usia 16 tahun dan itu diproduksi bukan dari Amerika Serikat, tetapi dari Makedonia. Jadi Literasi media sosial itu sesuatu yang sangat penting. Pemerintah harus membuat semacam kurikulum yang dimasukkan kedalam pelajaran SD sampai SMA," pungkasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya