Kabupaten Cirebon bisa mencontoh sistem drainase 'pipi monyet' yang diterapkan Thailand untuk mengatasi banjir, terutama saat musim hujan.
"Cirebon itu sering banjir, tiap tahun banjir. Terakhir kemarin di bulan Februari lumayan parah kerugiannya ditaksir sampai 4,5 miliar. Banyak petani yang merugi karena sawahnya terendam banjir, kemarin total 4 ribu hektare lahan sawah yang terendam. Apalagi setelah banjir mereka bisa kena longsor juga," kata mantan kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) di Kabupaten Cirebon, H. Kalinga.
Kabupaten Cirebon memiliki banyak daerah aliran sungai (DAS). Tercatat ada 25 DAS yang berada di wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung, 18 di antaranya berada di Kabupaten Cirebon.
Banyaknya daerah aliran sungai disertai dengan rusaknya daerah tangkapan air menyebabkan Cirebon sering mengalami banjir.
Banjir yang terjadi pada awal tahun ini dilaporkan cukup parah karena merendam hampir 12 kecamatan di Cirebon, di antaranya yaitu Lemahabang, Asjap, Gebang, Greged, Pabedilan dan Susukanlebak.
"Pemerintah daerah biasanya melakukan normalisasi sungai, tapi banjir masih terjadi juga. Kita perlu coba terobosan baru untuk menanggulanginya, kita bisa contoh negara lain seperti Thailand yang sukses mengatasi banjir dengan sistem drainase ‘Pipi Monyet’," imbuh Kalinga yang maju dalam Pemilihan Bupati Cirebon 2018-2023.
Menurut Kalinga, dengan membangun bendungan atau penampungan air untuk menampung air hujan saat musim hujan kemudian mempergunakannya saat musim kemarau. Konsep ini persis seperti monyet yang sedang makan yang biasanya menyimpan makanan di pipinya, dan baru menelannya jika lapar.
Ia yakin program ‘pipi monyet’ bukan sekedar mengatasi banjir, sistem yang diadaptasi dari Thailand ini dapat memecahkan masalah kekeringan yang dialami oleh petani Cirebon. Sebab wilayah Cirebon terutama di bagian timur tidak memiliki sumber air dan sering mengalami kekeringan. Namun pada musim hujan mengalami banjir seperti yang terjadi di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
[wid]